This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Telling stories and joking with children in refugee camps

Kak Ubit when gathering activities with children in refugee camps - he talked and exchanged experiences with their

Telling stories and joking with children in refugee camps

Kak Ubit when gathering activities with children in refugee camps - he talked and exchanged experiences with their

Storytelling on the Beach

Kak Ubit when bringing children to the seaside recreation also not miss the opportunity to talk with them

Story Teller

While visiting the school, Kak Ubit not miss the opportunity to talk and joke with children

Story Teller

There is always a small gift for children achievers

Story Teller

There is always a small gift for children achievers

Saturday, March 28, 2015

ACEH Bag. 2 : MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI

BAGIAN 2
MEMBANGUN KEPERCAYAAN DIRI
Percaya diri adalah modal dasar seorang manusia dalam memenuhi berbagai kebutuhan sendiri. Seseorang mempunyai kebutuhan untuk kebebasan berfikir dan berperasaan sehingga seseorang yang mempunyai kebebasan berfikir dan berperasaan akan tumbuh menjadi manusia dengan rasa percaya diri.
Salah satu langkah pertama dan utama dalam membangun rasa percaya diri dengan memahami dan meyakini bahwa setiap manusia memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan yang ada didalam diri seseorang harus dikembangkan dan dimanfaatkan agar menjadi produktif dan berguna bagi orang lain (Hakim, 2002).

Percaya diri (confidence) merupakan dasar dari motivasi diri untuk berhasil. Agar termotivasi seseorang harus percaya diri. Seseorang yang mendapatkan ketenangan dan kepercayaan diri haruslah menginginkan dan termotivasi dirinya. Banyak orang yang mengalami kekurangan tetapi bangkit melampaui kekurangan sehingga benar benar mengalahkan kemalangan dengan mempunyai kepercayaan diri dan motivasi untuk terus tumbuh serta mengubah masalah menjadi tantangan.
Percaya Diri (Self Confidence) adalah meyakinkan pada kemampuan dan penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih pendekatan yang efektif. Hal ini termasuk kepercayaan atas kemampuannya menghadapi lingkungan yang semakin menantang dan kepercayaan atas keputusan atau pendapatnya. Sedangkan kepercayaan diri adalah sikap positif seorang induvidu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Hal ini bukan berarti induvidu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan induvidu terseburt  dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, potensi aktual, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri.

Menurut Thursan Hakim (2002) rasa percaya diri tidak muncul begitu saja pada diri seseorang ada proses tertentu didalam pribadinya sehingga terjadilah pembentukan rasa percaya diri.
Terbentuknya rasa percaya diri yang kuat terjadi melalui proses:
a)    Terbentuknya kepribadian yang baik sesuai dengan proses perkembangan yang melahirkan kelebihan kelebihan tertentu.
b)   Pemahaman seseorang terhadap kelebihan kelebihan yang dimilikinya dan melahirkan keyakinan kuat untuk bisa berbuat segala sesuatu dengan memanfaatkan kelebihan kelebihannya.
c)    Pemahaman dan reaksi positif seseorang terhadap kelemahan kelemahan yang dimilikinya agar tidak menimbulkan rasa rendah diri atau rasa sulit menyesuaikan diri.
d)    Pengalaman didalam menjalani berbagai aspek kehidupan dengan menggunakan segala kelebihan yang ada pada dirinya.
Diri Kepercayaan diri dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal:
a)    Faktor internal, meliputi:
1.    Konsep diri. Terbentuknya keperayaan diri pada seseorang diawali dengan perkembangan konsep diri yang diperoleh dalam pergaulan suatu kelompok. Menurut Centi (1995), konsep diri merupakan gagasan tentang dirinya sendiri. Seseorang yang mempunyai rasa rendah diri biasanya mempunyai konsep diri negatif, sebaliknya orang yang mempunyai rasa percaya diri akan memiliki konsep diri positif.
2.    Harga diri. Meadow (dalam Kusuma, 2005 ) Harga diri yaitu penilaian yang dilakukan terhadap diri sendiri. Orang yang memiliki harga diri tinggi akan menilai pribadi secara rasional dan benar bagi dirinya serta mudah mengadakan hubungan dengan individu lain. Orang yang mempunyai harga diri tinggi cenderung melihat dirinya sebagai individu yang berhasil percaya bahwa usahanya mudah menerima orang lain sebagaimana menerima dirinya sendiri. Akan tetapi orang yang mempuyai harga diri rendah bersifat tergantung, kurang percaya diri dan biasanya terbentur pada kesulitan sosial serta pesimis dalam pergaulan.
3.    Kondisi fisik. Perubahan kondisi fisik juga berpengaruh pada kepercayaan diri. Anthony (1992) mengatakan penampilan fisik merupakan penyebab utama rendahnya harga diri dan percaya diri seseorang. Lauster (1997) juga berpendapat bahwa ketidakmampuan fisik dapat menyebabkan rasa rendah diri yang kentara.
4.    Pengalaman hidup. Lauster (1997) mengatakan bahwa kepercayaan diri diperoleh dari pengalaman yang mengecewakan adalah paling sering menjadi sumber timbulnya rasa rendah diri. Lebih lebih jika pada dasarnya seseorang memiliki rasa tidak aman, kurang kasih sayang dan kurang perhatian.

b)   Faktor eksternal meliputi:
1.    Pendidikan. Pendidikan mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Anthony (1992) lebih lanjut mengungkapkan bahwa tingkat pendidikan yang rendah cenderung membuat individu merasa dibawah kekuasaan yang lebih pandai, sebaliknya individu yang pendidikannya lebih tinggi cenderung akan menjadi mandiri dan tidak perlu bergantung pada individu lain. Individu tersebut akan mampu memenuhi keperluan hidup dengan rasa percaya diri dan kekuatannya dengan memperhatikan situasi dari sudut kenyataan.
2.    Pekerjaan. Rogers (dalam Kusuma,2005) mengemukakan bahwa bekerja dapat mengembangkan kreatifitas dan kemandirian serta rasa percaya diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa rasa percaya diri dapat muncul dengan melakukan pekerjaan, selain materi yang diperoleh. Kepuasan dan rasa bangga di dapat karena mampu mengembangkan kemampuan diri.
3.    Lingkungan dan Pengalaman hidup. Lingkungan disini merupakan lingkungan keluarga dan masyarakat. Dukungan yang baik yang diterima dari lingkungan keluarga seperti anggota kelurga yang saling berinteraksi dengan baik akan memberi rasa nyaman dan percaya diri yang tinggi. Begitu juga dengan lingkungan masyarakat semakin bisa memenuhi norma dan diterima oleh masyarakat, maka semakin lancar harga diri berkembang (Centi, 1995).

Sedangkan pembentukan kepercayaan diri juga bersumber dari pengalaman pribadi yang dialami seseorang dalam perjalanan hidupnya. Pemenuhan kebutuhan psikologis merupakan pengalaman yang dialami seseorang selama perjalanan yang buruk pada masa kanak kanak akan menyebabkan individu kurang percaya diri (Drajat, 1995).

Namun dalam kaitan dengan kepercayaan diri sebagai suatu bangsa, suatu masyarakat, maka generasi muda Aceh disamping harus memiliki apa yang telah diuraikan diatas, juga harus memiliki pengetahuan yang jelas tentang Aceh, keyakinan yang kuat dan mantap tentang kelebihan dan kekurangannya serta potensi Aceh untuk dikembangkan sebagai suatu bangsa yang bermartabat dan mampu berdiri sejajar dengan suku bangsa lainnya di Indonesia.


Oleh karenanya bertitik tolak dari hal tersebut, maka masa lalu Aceh mulai dari masa Kerajaan, Masa perang Kolonial Belanda, Masa Perjuangan Kemerdekaan juga menjadi dasar-dasar untuk menumbuh kebangkan kepercayaan diri yang baik, tentu dengan tidak hanya memperhatikan atau membangga-banggakan kelebihannya saja tapi juga berbagai kelemahan dan kesalahan yang terjadi pada masa itu sebagai kajian untuk dapat menjadi pelajaran yang tidak akan terulang kembali, atau dapat menjadi kajian untuk lebih meningkatkan diri, memperbaiki kesalahan masa lalu agar menjadi tindakan yang terpuji dimasa kini dan akan datang.


ACEH Bag. 1. NEGATIVISME

ACEH
(TRANSPARANSI SEJARAH DAN BUDAYA DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA GENERASI MUDA ACEH DIMASA DEPAN)

BAGIAN 1
NEGATIVISME
Cukup banyak tulisan tentang Aceh dan masyarakatnya yang ditulis orang, baik oleh orang Aceh sendiri, maupun orang asing, terutama Belanda yang banyak menulis dalam konteks peperangan di Aceh pada masa kolonial Belanda.
Namun kita belum menemukan sebuah tulisan yang membatasi diri pada pencapaian atau pengembangan sumber daya masyarakat Aceh dalam pembangunan secara keseluruhan, bukan hanya terpaku pada bangga diri yang berlebihan tentang betapa heroiknya para pahlawan Aceh selama perang Aceh dimasa Kolonial Belanda, ataupun kebanggaan Aceh sebagai daerah modal dalam perjuangan Kemerdekaan Republik Indonesia, tapi kita akan bicara tentang makna yang seharusnya kita petik dari sejarah peperangan yang maha dasyat tersebut.
Bila berbicara tentang Aceh dan masyarakat Aceh saat ini, maka kita akan mendengar berbagai keprihatinan, kepedihan yang mendalam dalam helaan nafas masyarakat Aceh itu sendiri saat mengangkat bicara tentang dirinya, masyarakatnya, Aceh secara keseluruhan.
Sungguh tidak mudah untuk melepaskan diri dari lingkungan negativisme dalam perjalanan menuju pembangunan masyarakat Aceh yang mampu menegakkan citra Aceh sebagai suatu bangsa yang pernah berjaya, dan untuk mencapai kejayaan itu maka segala keragu-raguan harus dilenyapkan dari cita-cita besar.
Untuk itu sangat diperlukan kepercayaan diri sendiri yang merupakan sumber yang harus ditanamkan sebagai tenaga raksasa dalam jiwa generasi muda kita, bahwa sejarah bukan hanya sebagai kenangan masa lalu yang cukup untuk dibangga-banggakan saja, tetapi sesuatu yang agung yang menjadi motor yang harus mereka gunakan untuk berjuang dengan langkah-langkah yang kontruktif bagi kepentingan pembangunan Aceh secara keseluruhan.
Dengan rasa bangga yang berlebihan dan negativisme saja tidaklah mungkin orang menghidupkan pikiran kreatif dan mendorong bergeraknya pembangunan yang akan meluas kesemua sektor kehidupan, sedangkan masa-masa yang telah berlalu ditemukannya banyak orang yang mengatur kebijaksanaan yang baik selalu pula orang salah melangkahkan kakinya, sehingga lahirlah masa jatuh bangun yang kini sedang kita jalani.
Negativisme begitu lama telah melekat dalam jiwa kita masyarakat Aceh, “Aceh Pungo” sebutan yang sangat menghina menurut saya, tapi sering kita ucapkan sendiri untuk menakuti orang agar jangan macam-macam dengan orang Aceh, ini salah satu yang saya masih ingat saat remaja dulu, demikian juga saat kita merantau ke Jakarta atau kota lainnya diluar Aceh, apakah itu lama atau sebentar tidak banyak perbedaannya, maka saat kembali ke Aceh maka “ek leumo hana turi le” begitu sebutannya, karena mereka sudah lupa bahasa Aceh. Hal inilah yang membuat masyarakat Aceh bagai tertinggal dalam pembangunan setelah perjuangan panjang dan dasyat dilaluinya.
Berbicara masa kini, maka kondisinya juga semakin parah, banyak anak Aceh, Ayah dan Ibunya Aceh, tapi karena tinggal di kota Banda Aceh, maka mereka tidak bangga untuk berbahasa Aceh, mereka tidak bisa berbahasa Aceh, dan ironisnya orangtuanya juga ikut bangga dengan “kebodohan” tersebut, betapa tidak disebut “Bodoh”, bahasa adalah sebuah cabang ilmu pengetahuan yang diakui dunia, walaupun itu bahasa Aceh, Bahasa Aceh adalah salah satu kekayaan bahasa-bahasa di dunia.
Dengan negativisme yang begitu kental dan kepercayaan diri yang begitu rendah, bagaimana kita akan memulai pembangunan Aceh secara keseluruhan, pembangunan yang akan meningkatkan citra masyarakat Aceh di tengah kacah pembangunan Nasional, dan bagaimana kita akan menghadapi globalisasi dunia yang telah tiba?

“BANGUN”, jangan terus bermimpi dan terus membangga-banggakan pada masa lalu yang tidak akan kembali lagi, BANGUN!!!!

Thursday, March 19, 2015

Pembaharuan Gampong Secara Partisipatif (Membangun Aceh Bag.2)

Untuk melakukan pengabdian pada masyarakat tidak cukup hanya NIAT saja, tapi harus disertai dengan kerja keras dan belajar keras, diantaranya dengan membaca referensi terkait dengan pengabdian yang kita lakukan, misalnya seperti saya karena melakukan pengabdian di Desa atau Gampong (bhs. Aceh) maka saya membaca referensi terkait seperti Buku Membangun Aceh dari Gampong dan Pembaharuan Desa secara Partisipatif, namun sayang sekali ternyata kedua buku tersebut ternyata tidak membahas persoalan yang saya butuhkan.

Buku Membangun Aceh dari Gampong dengan penulis Arie Sujito, Farid Hadi Rahman dkk, ternyata hanya membahas tentang riset monitoring mereka yang terkait dengan pemilihan Keuchik (kepala Desa) secara Langsung dan UU dan peraturan terkait, jadi secara umum mereka menekankan bahwa Pemilihan keuchik secara Langsung akan dapat membangun Aceh.

Sementara Buku dengan editor Purwo Santoso dengan Tim Penyusun diantaranya AAGN Ari Dwipayana, Abdul Gaffar Karim dll lebih merupakan pembahasan ulang Workshop yang bertajuk "Desentralisasi dan Good Governance di tingkat Desa".

Namun bukan berarti kedua buku ini tidak bagus, namun judul buku memang memberikan persepsi yang berbeda kepada kita sehingga kalau kita ingin mendapatkan jawaban bagaimana cara membangun Aceh dimulai dari Gampong secara keseluruhan dan terpadu, maka kita tidak akan menukannya dibuku ini, demikian juga bila kita mengharapkan bagaimana kita akan melakukan pembaharuan di desa secara partisipatif dengan bahasan yang mendalam dan ide-ide kratif untuk meningkatkan partisipatif masyarakat dalam pembaharuan desa, maka kita juga akan kecewa, buku ini hanya membahas sekitar workshop dan pembahasan yang dilakukan baik oleh komisi-komisi maupun sidang pleno.

Tapi karena buku ini pula saya mendapatkan ide atau pemikiran yang lebih mendalam bagaimana agar kegiatan pengabdian saya di tengah masyarakat akan mampu memberi kontribusi yang berarti bagai Pembangunan Aceh secara keseluruhan, dan karena buku ini pula saya mulai berpikir bagaimana membangkitkan animo masyarakat untuk ikut partisipatif dalam kegiatan pengabdian masyarakat/ pembinaan anak dan remaja yang saya lakukan saat ini.

Dan pada kesempatan ini saya juga akan membagikan pemikiran saya tentang pembaharuan gampong secara partisipatif - membangun Aceh dimulai dari membangun gampong.

Menurut Cohen dan Uphoff (1977), yang diacu dalam Harahap (2001), partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pembuatan keputusan tentang apa yang dilakukan, dalam pelaksanaan program dan pengambilan keputusan untuk berkontribusi sumberdaya atau bekerjasama dalam organisasi atau kegiatan khusus, berbagi manfaat dari program pembangunan dan evaluasi program pembangunan.

Sedangkan menurut Ndraha (1990), diacu dalam Lugiarti (2004), partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan dapat dipilah meliputi; (1) partisipasi dalam / melalui kontak dengan pihak lain sebagai awal perubahan sosial, (2) partisipasi dalam memperhatikan / menyerap dan memberi tanggapan terhadap informasi, baik dalam arti menerima, menerima dengan syarat, maupun dalam arti menolaknya, (3) partisipasi dalam perencanaan termasuk pengambilan keputusan, (4) partisipasi dalam pelaksanaan operasional, (5) partisipasi dalam menerima, memelihara, dan mengembangkan hasil pembangunan, yaitu keterlibatan masyarakat dalam menilai tingkat pelaksanaan pembangunan.

Menurut Wikipedia, Partisipasi, sebagai suatu konsep dalam pengembangan masyarakat, digunakan secara umum dan luas. Partisipasi adalah konsep sentral, dan prinsip dasar dari pengembangan masyarakat karena, di antara banyak hal, partisipasi terkait erat dengan gagasan HAM.

Dalam pengertian ini, partisipasi adalah suatu tujuan dalam dirinya sendiri; artinya, partisipasi mengaktifkan ide HAM (Hak Asasi Manusia0, hak untuk berpartisipasi dalam demokrasi dan untuk memperkuat demokratif deliberative. 

Sebagai suatu proses dalam pengembangan masyarakat, partisipasi berkaitan dengan HAM dengan cara lainnya. Jika HAM lebih dari sekedar pernyataan dalam deklarasi yaitu jika partisipasi berakibat membangun secara aktif kultur HAM-sehingga menjamin berjalannya proses-proses dalam pengembangan masyarakat secara partisipatif adalah suatu konstribusi signifikan bagi pembangunan kultur HAM, suatu kebudayaan yang partisipasi warga negaranya merupakan proses yang diharapkan dan normal dalam suatu upaya pembuatan keputusan. Dalam hal ini, partisipasi adalah alat dan juga tujuan karena membentuk bagian dari dasar kultur yang membuka terbukanya jalan bagi tercapainya HAM. 

Dalam partisipasi harus mencakup kemampuan rakyat untuk memengaruhi kegiatan-kegiatan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraanya. Arti partisipasi sering disangkut pautkan dengan banyak kepentingan dan agenda yang berbeda yang berlangsung dalam kehidupan masyarakat dan pembuatan keputusan secara politis. Dalam lain hal, Partisipasi masyarakat merupakan hak dan kewajiban warga Negara untuk memberikan konstribusinya kepada pencapaian tujuan kelompok. Sehingga mereka diberi kesempatan untuk ikut serta dalam pembangunan dengan menyumbangkan inisiatif dan kreatifitasnya. 

Keuntungan Dan Kerugian Partisipasi Masyarakat

Dengan mengacu pada berbagai referensi (Anon, 2000; Blumenthal, 2000, Dovers, 2000; Kapoor, 2001; serta UNDP, 2000), Thomsen (2003) memaparkan keuntungan dan kerugian dari partisipasi masyarakat. Keuntungan dari partisipasi masyarakat adalah:
  1. Partisipasi memperluas basis pengetahuan dan representasi. Dengan mengajak masyarakat dengan spektrum yang lebih luas dalam proses pembuatan keputusan, maka partisipasi dapat: (a) meningkatkan representasi dari kelompok-kelompok komunitas, khususnya kelompok yang selama ini termarjinalisasikan, (b) membangun perspektif yang beragam yang berasal dari beragam stakeholders, (c) mengakomodir pengetahuan lokal, pengalaman, dan kreatifitas, sehingga memperluas kisaran ketersediaan pilihan alternatif.
  2. Partisipasi membantu terbangunannya transparansi komunikasi dan hubungan-hubungan kekuasaan di antara para stakeholders. Dengan melibatkan stakeholders dan berdiskusi dengan pihak-pihak yang akan menerima atau berpotensi menerima akibat dari suatu kegiatan / proyek, hal itu dapat menghindari ketidakpastian dan kesalahan interpretasi tentang suatu isu / masalah.
  3. Partisipasi dapat meningkatkan pendekatan iteratif dan siklikal dan menjamin bahwa solusi didasarkan pada pemahaman dan pengetahuan lokal. Dengan membuka kesempatan dalam proses pengambilan keputusan, maka para pembuat keputusan dapat memperluas pengalaman masyarakat dan akan memperoleh umpan balik dari kalangan yang lebih luas. Dengan demikian, kegiatan yang dilakukan akan lebih relevan dengan kepentingan masyarakat lokal dan akan lebih efektif.
  4. Partisipasi akan mendorong kepemilikan lokal, komitmen dan akuntabilitas. Pelibatan masyarakat lokal dapat membantu terciptanya hasil (outcomes) yang berkelanjutan dengan menfasilitasi kepemilikan masyarakat terhadap proyek dan menjamin bahwa aktivitas-aktivitas yang mengarah pada keberlanjutan akan terus berlangsung. Hasil yang diperoleh dari usaha-usaha kolaboratif lebih mungkin untuk diterima oleh seluruh stakeholders.
  5. Partisipasi dapat membangun kapasitas masyarakat dan modal sosial. Pendekatan partisipatif akan meningkatkan pengetahuan dari tiap stakeholders tentang kegiatan / aksi yang dilakukan oleh stakholders lain. Pengetahuan ini dan ditambah dengan peningkatan interaksi antar sesama stakeholders akan meningkatkan kepercayaan diantara para stakeholders dan memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan modal sosial.
Sedangkan kerugian yang mungkin muncul dari pendekatan partisipatif adalah:
  1. Proses partisipasi dapat digunakan untuk memanipulasi sejumlah besar warga masyarakat. Partisipasi secara sadar atau tidak sadar dapat merugikan kepada mereka yang terlibat jika: (a) para ahli yang melakukan proses ini memanipulasi partisipasi publik untuk kepentingannya, (b) jika tidak direncanakan secara hati-hati, partisipasi dapat menambah biaya dan waktu dari sebuah proyek tanpa ada jaminan bahwa partisipasi itu akan memberikan hasil yang nyata.
  2. Partisipasi dapat menyebabkan konflik. Proses partisipasi seringkali menyebabkan ketidakstabilan hubungan sosial politik yang ada dan menyebabkan konflik yang dapat mengancam terlaksananya proyek.
  3. Partisipasi dapat menjadi mahal dalam pengertian bahwa waktu dan biaya yang dikeluarkan dipersepsikan sebagai sesuatu yang mahal bagi masyarakat lokal. Pada wilayah-wilayah dimana di dalamnya terdapat ketidakadilan sosial, proses partisipasi akan dilihat sebagai sesuatu yang mewah dan pengeluaran-pengeluaran untuk proses itu tidak dapat dibenarkan ketika berhadapan dengan kemiskinan yang akut.
  4. Partisipasi dapat memperlemah (disempower) masyarakat. Jika proses partisipasi dimanipulasi, tidak dikembangkan dalam kerangka kerja institusional yang mendukung atau terjadi kekurangan sumber daya untuk penyelesaian atau keberlanjutan suatu proyek, maka partisipan dapat meninggalkan proses tersebut, kecewa karena hanya sedikit hasil yang diraih, padahal usaha yang dilakukan oleh masyarakat telah cukup besar.

Tipologi Partisipasi

Tipologi partisipasi menggambarkan derajat keterlibatan masyarakat dalam proses partisipasi yang didasarkan pada seberapa besar kekuasaan (power) yang dimiliki masyarakat dalam proses pengambilan keputusan. Kegunaan dari adanya tipologi partisipasi ini adalah: (a) untuk membantu memahami praktek dari proses pelibatan masyarakat, (b) untuk mengetahui sampai sejauh mana upaya peningkatan partisipasi masyarakat dan (c) untuk menilai dan mengevaluasi keberhasilan kinerja dari pihak-pihak yang melakukan pelibatan masyarakat.

Tipologi Tangga Partisipasi Arnstein (1969).
Sherry Arnstein adalah yang pertama kali mendefinisikan strategi partisipasi yang didasarkan pada distribusi kekuasaan antara masyarakat (komunitas) dengan badan pemerintah (agency). Dengan pernyataannya bahwa partisipasi masyarakat identik dengan kekuasaan masyarakat (citizen partisipation is citizen power), Arnstein menggunakan metafora tangga partisipasi dimana tiap anak tangga mewakili strategi partisipasi yang berbeda yang didasarkan pada distribusi kekuasaan.

1. Manipulasi (manipulation). Pada tangga partisipasi ini bisa diartikan relatif tidak ada komunikasi apalagi dialog; tujuan sebenarnya bukan untuk melibatkan masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program tapi untuk mendidik atau ”menyembuhkan” partisipan (masyarakat tidak tahu sama sekali terhadap tujuan, tapi hadir dalam forum).Tangga terbawah merepresentasikan kondisi tanpa partisipasi (non participation), meliputi: (1) manipulasi (manipulation) dan (2) terapi (therapy). Kemudian diikuti dengan tangga (3) menginformasikan (informing), (4) konsultasi (consultation), dan (5) penentraman (placation), dimana ketiga tangga itu digambarkan sebagai tingkatan tokenisme (degree of tokenism). Tokenisme dapat diartikan sebagai kebijakan sekadarnya, berupa upaya superfisial (dangkal, pada permukaan) atau tindakan simbolis dalam pencapaian suatu tujuan. Jadi sekadar menggugurkan kewajiban belaka dan bukannya usaha sungguh-sungguh untuk melibatkan masyarakat secara bermakna. Tangga selanjutnya adalah (6) kemitraan (partnership), (7) pendelegasian wewenang / kekuasaan (delegated power), dan (8) pengendalian masyarakat (citizen control). Tiga tangga terakhir ini menggambarkan perubahan dalam keseimbangan kekuasaan yang oleh Arnstein dianggap sebagai bentuk sesungguhnya dari partisipasi masyarakat.

2. Terapi (therapy). Pada level ini telah ada komunikasi namun bersifat terbatas. Inisiatif datang dari pemerintah dan hanya satu arah.
Tangga ketiga, keempat dan kelima dikategorikan sebagai derajat tokenisme dimana peran serta masyarakat diberikan kesempatan untuk berpendapat dan didengar pendapatnya, tapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendapatkan jaminan bahwa pandangan mereka akan dipertimbangkan oleh pemegang keputusan. Peran serta pada jenjang ini memiliki kemungkinan yang sangat kecil untuk menghasilkan perubahan dalam masyarakat.

3. Informasi (information). Pada jenjang ini komunikasi sudah mulai banyak terjadi tapi masih bersifat satu arah dan tidak ada sarana timbal balik. Informasi telah diberikan kepada masyarakat tetapi masyarakat tidak diberikan kesempatan melakukan tangapan balik (feed back).

4. Konsultasi (consultation). Pada tangga partisipasi ini komunikasi telah bersifat dua arah, tapi masih bersifat partisipasi yang ritual. Sudah ada penjaringan aspirasi, telah ada aturan pengajuan usulan, telah ada harapan bahwa aspirasi masyarakat akan didengarkan, tapi belum ada jaminan apakah aspirasi tersebut akan dilaksanakan ataupun perubahan akan terjadi.

5. Penentraman (placation). Pada level ini komunikasi telah berjalan baik dan sudah ada negosiasi antara masyarakat dan pemerintah. Masyarakat dipersilahkan untuk memberikan saran atau merencanakan usulan kegiatan. Namun pemerintah tetap menahan kewenangan untuk menilai kelayakan dan keberadaan usulan tersebut.

Tiga tangga teratas dikategorikan sebagai bentuk yang sesungguhnya dari partisipasi dimana masyarakat memiliki pengaruh dalam proses pengambilan keputusan.

6. Kemitraan (partnership). Pada tangga partisipasi ini, pemerintah dan masyarakat merupakan mitra sejajar. Kekuasaan telah diberikan dan telah ada negosiasi antara masyarakat dan pemegang kekuasaan, baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan, maupun monitoring dan evaluasi. Kepada masyarakat yang selama ini tidak memiliki akses untuk proses pengambilan keputusan diberikan kesempatan untuk bernegosiasiai dan melakukan kesepakatan.

7. Pendelegasian kekuasaan (delegated power). Ini berarti bahwa pemerintah memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk mengurus sendiri beberapa kepentingannya, mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, sehingga masyarakat memiliki kekuasaan yang jelas dan bertanggung jawab sepenuhnya terhadap keberhasilan program.

8. Pengendalian warga (citizen control). Dalam tangga partisipasi ini, masyarakat sepenuhnya mengelola berbagai kegiatan untuk kepentingannya sendiri, yang disepakati bersama, dan tanpa campur tangan pemerintah.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapart kita tangkap bahwa sebenarnya yang dimaksud disini kebanyakan adalah partisipastif masyarakat terhadap program yang terkait dengan pemerintah, artinya kegiatan yang saya jalankan juga merupakan bentuk partisipatif saya terhadap program pemerintah baik untuk peningkatan SDM masyarakat, peningkatan minat baca, pemberdayaan masyarakat yang saat ini sedang digalakkan pemerintah.

Terlepas dari itu, dalam tulisan saya ini saya lebih menitik beratkan partisipatif masyarakat luas terhadap kegiatan pengabdian masyarakat / pemberdayaan anak dan remaja yang saya lakukan melalui Children Learning Center (Rumah Pintar dalam versi saya sendiri).

Mengapa perlu partisipatif masyarakat untuk hal ini, maka jawabannya dapat ditemukan dalam blog saya (http://ypkgm.blogspot.com dan http://rajaubit.blogspot.com) namun sekilas secara garis beras dapat saya katakan sbb:
1. Lembaga ini lahir dari keinginan tulus untuk membantu anak-anak dan remaja didaerah agar memiliki kesempatan yang sama untuk meningkatkan sumber dayanya dengan fasilitas yang ada di Children Learning Center sama seperti anak-anak dikota-kota besar.
2. Proyek ini merupakan proyek besar yang tidak akan mampu ditangani sendiri oleh saya (berbeda dengan saat saya dirikan tahun 1994 hingga tsunami 24 Desember 2004, saat itu lingkup kegiatan saya masih kecil hanya sebatas kecamatan dan lalu meningkat ke tingkat Kabupaten/Kota, namun pasca tsunami kegiatan ini bergulir cepat bagaikan bola salju dan terus semakin besar).
3. Sebagai seorang anak yang dibesarkan dari Kota Kecil Sabang, serta anak dari seorang PNS rendahan (Ayah saya hanyalah seorang Kepala Tata Usaha di SMA Negeri Sabang) maka saya tidaklah mewarisi harta, jangankan melimpah, mendapat predikat cukupanpun tidak, ayah saya hanya mewariskan 3 hal pada saya yaitu: 1. pikirkan dahulu apa yang akan kamu kerjakan, lalu bulatkan tekad, dan 2. untuk mencapai hasil yang baik: kerja keras dan belajar keras  serta yang terakhir jujurlah baik pada diri sendiri maupun orang lain. Lalu saya juga tidak memiliki kerjaan yang membuat saya dibayar mahal sehingga memiliki pendapatan yang besar, sehngga memiliki tabungan atau harta berlebih. Hal ini bila difikirkan membuat rasanya tidak pantas orang seperti saya memiliki sebuah Yayasan.
4. Kenyataan saya memiliki sebuah Yayasan kalau dipandang sekilas akan membuat orang berfikir wah hebat, namun memiliki sesuatu berarti pula kita mendapatkan sebuah tanggungjawab dipundak kita yang harus kita tanggung dan ini yang membuat saya berhenti dari pekerjaan saya sebelumnya, saya ingin fokus pada pengembangan Yayasan ini.
5. Point-point tersebut diataslah yang membuat proyek / yayasan saya ini perlu partisipatif dari masyarakat lainnya dalam bentuk :

a.. Dukungan Moril, baik saran dan kritik, ide-ide kreatif, pemikiran-pemikiran briliant yang sifatnya membangun sangat saya butuhkan.
b. Dukungan Insidentil, seperti yang dilakukan teman-teman saya di Millis Aceh Lon Sayang (greenaceh@googlegroup.com) yang memberikan saran dan kritik serta sumbangan semampunya (lebih dari 8 juta rupiah) ketika Perpustakaan saya mendapat musibah akibat serangan rayab sehingga lemari buku dan sekitar 200 eksemplar buku hancur akibat rayab tersebut)
Banyak program lainnya yang memerlukan dukungan seperti ini, misalnya disetiap awal tahun ajaran baru, saya selalu membuka penerimaan sumbangan buku tulis, tas, sepatu dan baju seragam sekolah untuk anak-anak tingkat SD dan SMP, Saat Ramadhan akan tiba, saya biasanya juga membuka kesempatan untuk berpartisipasi dalam menyumbang baju koko, kain sarung, mukena dan sajadah untuk anak-anak serta orang tua jompo dan janda. dll
c. Dukungan Program, biasanya saya saat anak-anak tarian dan drama sudah jenuh berlatih, akan mengadakan pentas seni, dan untuk itu diperlukan dana sewa panggung, saound system dll, Ini juga membutuhkan dana, begitu juga dengan kegiatan mewarnai, lomba baca puisi dll yang biasanya saya adakan serentak dengan pentas seni, maka juga memerlukan bantuan untuk hadiah bagai anak-anak tersebut (Program ini biasanya saya adakah 3 kali dalam setahun).
d.  Donatur Tetap, Ini bisa pribadi seperti pengusaha, hartawan, dermawan dll, dan bisa dalam bentuk institusi seperti perusahaan, NGO besar, Yayasan besar lainnya, Pemerintah dll. Ini sangat diperlukan untuk biaya operasional Yayasan, Honor Pengurus Yayasan, Honor Relawan atau lebih tepatnya biaya transportasi. Ini yang belum saya peroleh.
e. Dukungan Finansial untuk usaha produktif, Dalam upaya untuk mandiri, maka saya membuka usaha produktif yang sifatnya mencari untung dimana sebagian keuntungannya untuk biaya operasional Yayasan, adapun usaha tersebut adalah:
- Usaha Jasa Photo copy dan ATK, namun karena keterbatasan dana dan pangsa pasar yang masih kecil maka kami hanya mengunakan  printer kecil dan mesin xerox kecil untuk photo copy
-Usaha Jasa Photo studio, baik untuk membuat pas photo, cetak photo, ataupun photo pernikahan, wedding dll, namun pemakai jasa masih sangat terbatas, kurang promosi.
-Usaha kelontong, usaha ini lumayan maju untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sekitar
-Usaha Cofeeshop, usaha ini sudah lumayan maju karena berada dijalur wilayah wisata.

Namun karena kekurangan modal maka usaha ini bagaikan gali lubang tutup lobang saja. Hanya mampu menutup iuran Bank saja dan bila ada kebutuhan mendadak lainnya maka.....

Akhirnya saya sudahi sampai disini dahulu, semoga bermanfaat.




Monday, March 16, 2015

Membangun Aceh mulai dari Gampong

Membaca buku Membangun Aceh dari Gampong karya Arie Sujito, Farid Hadi Rahman, Hendri Syafrizal, Saiful Isky yang meruakan catatan ringan dari Riset Monitoring Pemilihan Keuchik Langsung, maka yang terfikirkan saya bukan masalah pemilihan langsung keuchik tersebut, namun pembangunan gampong secara menyeluruh, mulai dari infra struktur, SDM hingga peningkatan sarana dan prasarana pendidikan mandiri seperti Taman Bacaan Masyarakat, Learning Center dll.

Saya setuju bahwa membangun Aceh memang harus dimulai dari Gampong sebagaimana disebutkan oleh Arie Sujiti dkk, namun saya tidak sependapat bahwa hanya dengan pemilihan keuchik secara langsung berarti persoalan membangun Gampong terselesaikan, karena dalam pengamatan saya, pemilihan langsung keuchik tanpa didukung dengan SDM yang baik juga hanya menjadi ajang KKN saja, karena rendahnya taraf perekonomian masyarakat pedesaan membuat mereka menjadi obyek dari para pelaku politik tingkat gampong dan kecamatan yang berkepentingan dengan terpilihnya keuchik tertentu.

Dalam konteks ini maka Pembangunan Aceh yang dimulai dafri gampong harus disertai dengan pembangunan bidang lainnya, bukan hanya politik atau tepatnya demokrasi.

Hal yang tidak kalah pentingnya untuk dibangun di desa adalah Taman bacaan masyarakat, ini belum merata disemua desa di Aceh, tapi pembangunan Taman Bacaan masyarakat saja juga tidak akan berguna bila tidak disertai dengan sumber pendanaan yang jelas dan memadai, karena dari pengalaman yang sudah dilakukan selama ini, baik oleh pemerintah sendiri, maupun oleh BRR paska tsunami, maka ternyata satu persatu TBM yang ada hilang dan berubah fungsi (oleh karenanya kami fokus dalam pengembangan TBM dengan tujuan agar bantuan yang telah ada tidak sia-sia begitu saja). Dan umumnya TBM ini tutup atau berubah fungsi karena ketiadaan dana operasional, baik untuk honor pengelola maupun biaya listrik dan perawatan buku serta penambahan koleksi.

Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah pembangunan Rumah Pintar disetiap kecamatan, Rumah Pintar adalah sejenis Learning Center yang sangat diperlukan untuk melatih anak-anak putus sekolah, anak tamatan SMA yang tidak melanjutkan kuliah dan masyarakat umum yang belum memiliki pekerjaan tetap dengan life skill yang akan menjadi modal mereka untuk berwirausaha. Dan ini juga harus disertai dukungan dana yang memadai untuk operasionalnya serta pembiayaan program-programnya.

Alangkah baiknya bila di Rumah Pintar (Learning Center) juga memberikan pelatihan tentang kewirausahaan (entrepeuneur), serta yang paling penting mendidik cara kerja dalam tim sehingga mereka bisa membentuk kelompok usaha bersama, dan untuk ini Rumah Pintar (Learning Center) harus juga menyiapkan modal awal usaha kelompok yang akan dibentuknya berdasarkan minat masing-masing peserta didik dan usaha kelompok ini harus mendapat pembinaan minimal selama 1 tahun, baru dilepaskan secara mandiri.

Selama ini banyak pelatihan kerja yang hanya memberikan pelatihan life skill saja tanpa mempelajari minat peserta pelatihan itu sendiri (banyak peserta diperoleh berdasarkan permintaan mereka ke gampong-gampong dan biasanya gampong akan mengirimkan peserta yang itu-itu saja dari tahun ke tahun/ hal ini kemungkinan karena keuchik gampong hanya memilih orang terdekatnya saja dan biasanya peserta juga mengikuti pelatihan hanya mengharapkan uang saku saja).

Akibat dari praktek pelatihan dengan peserta seperti tersebut diatas, maka hasil akhir yang ingin dicapai tidak diperoleh, saya juga melihat bahwa ada pelatihan yang memberikan modal dasar untuk usaha seperti saya sebutkan diatas, tapi sayang sekali karena misi peserta sebagaimana diatas membuat modal kerja itu hanya menjadi pajangan saja dirumah/tidak diproduktifkan.

Kini saya juga melihat bahwa untuk gampong dialokasikan dana pemberdayaan masyarakat yang cukup besar, dan saya juga melihat bahwa gampong mulai dari setiap dusun diminta untuk mengajukan proposal usaha kelompok untuk mendapatkan dana tersebut, tapi karena ini tidak dibarengi dengan persiapan dan pembangunan SDM digampong, maka masyarakat mendapat informasi yang simpang siur tentang bantuan usaha tersebut, demikian juga para Keuchik, sehingga bila diperhatikan maka kelompok yang diusulkan tersebut memiliki nama-nama yang sama dimana hanya posisi dikelompok diganti-ganti, kadangkala berada di posisi ketua kelompok, kadang kala disekretaris, kadangkala di bendahara, dan sekali-kali dianggota, biasanya mereka adalah orang-orang yang memiliki SDM lebih dibanding anggota amsyarakat lainnya, namun sayangnya memiliki metalitet yang kurang baik, tidak ikhlas dalam membantu anggota masyarakat lainnya, wah kenapa saya berkata begitu, karena saya tahu pasti untuk membuat proposal itu mereka memungut bayaran dari anggota lainnya / patungan biaya pembuatan proposal - jadi tidak ada kesediaan mereka untuk berbagi informasi dan pengetahuan mereka dengan yang lain.

Oleh karena itu pembangunan SDM di masyarakat gampong, mulai dari Keuchiknya sangat diperlukan, bahkan mungkin ini juga diperlukan hingga anggota dewan, betapa tidak, saya melihat sendiri bahwa bantuan yang keluar berdasarkan usulan kelompok tertentu dengan proposal yang mereka ajukan, sering diubah kembali, nama kelompok tetap, desa tetap, hanya ketua, bendahara, sekretarsi serta anggota yang diganti baru, ada yang diganti seluruhnya, ada pula yang ketuanya tetap namun anggota diganti baru, atau ada juga ketua dan sekretaris tetap, bendahara dan anggota diganti baru, Jadi tidak ada lagi yang namanya kesetiaan antara sesama anggota masyarakat gampong dan kerahasiaan serta kepatuhan pada sumpah jabatan juga tidak dimiliki lagi oleh anggota Dewan atau pejabat, karena kalau tidak mereka setujui atau ketahui bagaimana mungkin proposal itu bisa diubah sedemikian rupa?

Akhirnya semua berpulang kepada kita sendiri, beranikah kita jujur pada diri kita sendiri? Beranikah kita berkata tidak pada Uang?

Ayo membangun Aceh..... Ayo membangun Gampong (saya telah memulainya dengan Children Learning Center dengan didukung oleh 10 orang dari Millis Aceh Lon Sayang) ..... Kapan lagi kita akan mulai? ...... Ayo mulai SEKARANG !!!!!

Saturday, March 14, 2015

Tentang CINTA

Apa terlintas di dalam pikiranmu saat mendengar kata cinta. Iya, cinta memang sebuah topik yang tidak akan pernah bisa habis untuk dibahas. Cinta seringkali menjadi tema bagi film-film bioskop, cinta sering kali menjadi tema sebuah lagu populer dan cinta juga yang menjadi tema pokok setiap novel yang laris manis di jajaran toko buku.

CINTA adalah ketika hidup memberiku seratus alasan untuk menangis, maka kau datang membawa seribu alasan untuk tersenyum.

CINTA adalah karena kau yang bisa membuat aku menangis dan kau pula yang bisa membuat aku tersenyum.

CINTA adalah bagaikan ombak mencumbu pantai, walaupun dicuekin kamu akan tetap kembali padanya.

CINTA adalah ketika kau melihat keriput diwajahnya tapi bagimu itu bagaikan guratan pelukis pada lukisan yang indah

CINTA adalah ketika kau melihat artis cantik namun yang terbayang dimatamu adalah dia. 

DON'T YOU CRY

Saat anak kita menangis, istri kita menangis, atau orang lainnya yang dekat dengan kita menangis, maka kita sering menghiburnya dan berkata "Jangan Kau Menangis", malu dilihat orang, dan sebagainya yang tujuannya agar ia berhenti menangis.

Di Barat, menangis begitu tabunya, sehingga kita jarang sekali melihat bule menangis bahkan hingga dipemakaman, juga anak-anaknya, sehingga karena begitu tabunya menangis bagi mereka, artis bule tidak ada yang pandai akting menangis tidak seperti artis kita yang kebanyakan akting menangis, he he he.

Menangis biasanya terjadi ketika seseorang merasa terluka baik secara fisik ataupun mental, atau ketika seseorang merasa sangat senang. Singkatnya, menagis merupakan sebuah cara untuk mengungkapkan sebuah emosi.

Secara umum, orang akan sepakat bahwa wanita menangis lebih banyak ketimbang pria. Masyarakat telah membentuk opini bahwa wanita lebih emosional dan dekat dengan suatu hal yang membuat lebih mudah bagi wanita untuk mengeluarkan air mata dan mulai menangis.

Ada banyak fakta unik dan menarik mengenai menangis yang anda belum ketahui. Menurut laman Fit Sugar, setidaknya ada delapan fakta mengenai menangis yang menyimpulkan beragam penelitian mengenai menangis.

1. Sebanyak 85 persen wanita dan 73 persen pria mengaku bahwa perasaan marah dan sedih itu akan berkurang setelah menagis. Seperti diketahui, air mata tak hanya diproduksi oleh perasaan emosional saja. Air mata juga berfungsi untuk membersihkan dan melumasi mata, sehingga penyebab lain seperti iritasi dari mata dan menguap akan memicu meningkatnya produksi air mata. Tetapi meskipun keduanya memproduksi air mata, air mata emosional dan air mata disebabkan oleh iritasi sebenarnya memiliki komposisi kimia yang berbeda.

2. Jika wanita dianggap mudah menangis, mungkin hal itu benar. Rata-rata, wanita menangis sebanyak 47 kali setahun sementara pria hanya tujuh kali setahun. Tetapi hal ini tidak hanya dikarenakan wanita dianggap lemah secara emosional ketimbang pria, tetapi untuk fakta medis diketahui bahwa saluran air mata pada pria memiliki ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan yand ada pada wanita. Sementara pada bayi, durasi normal dari tangisan mereka adalah antara satu hingga tiga jam sehari.

3. Tentunya kita tak bisa memprediksi kapan kita akan menagis karena kita tentunya tak dapat memprediksi emosi kita. Tetapi menurut penelitian, sebenarnya ada jeda waktu ketika orang sering menagis. hal itu diketahui bahwa waktu ketika orang paling banyak menagis adalah antara pukul 7 malam hingga 10 malam.

4. Tak hanya pada saat ketika kebanyakan orang menangis yang diketahui saja, tetapi juga durasinya. meskipun perasaan itu akan berakhir setelahnya, kebanyakan orang akan menghabiskan rata-rata enam menit setiap kali mereka menagis.

5. Jika anda merasa menahan dan malu untuk mengeluarkan air mata, tampaknya harus anda pikirkan lagi, menurut para pakar, menangis tak hanya merupakan respon tubuh terhadap kesedihan dan rasa frustasi, tetapi juga menyehatkan.

6. Mungkin anda tahu bahwa menangis merupakan cara untuk melepaskan stres emosional. hal ini tentu saja sangat baik bagi kesehatan, karena stress dapat memberikan dampak negatif terhadap satu kesehatan, Dari hasil penelitian, diketahui bahwa air mata mengandung hormon prolaktin yang efektif untuk memerangi stress.

7. Jadi mengapa sering stres dikatakan memiliki dampak buruk bagi kesehatan seseorang. Diketahui bahwa stres mampu meningkatkan resiko dari serangan jantung dan kerusakan otak. begitu juga menangis yang bisa menyehatkan, dimana tangisan itu bisa memulihkan sebuah stres.

8. Kemampuannya untuk memulihkan stres tak hanya merupakan manfaat kesehatan dari menangis. Para pakar mengatakan bahwa menagis dapat menurunkan tekanan darah dan detak jantung dan menciptakan reaksi yang baik untuk perawatan.

Dari penjelasan diatas, Anda dapat melihat bahwa sebenarnya menagis itu memiliki banyak manfaat. jadi, lain waktu anda merasa mau menagis, jangan ragu atau merasa malu untuk mengungkapkan perasaan anda, siapapun anda wanita atau pria, karena anda akan memperoleh banyak manfaat seterutama untuk kesehatan anda.

Sunday, March 8, 2015

SAAT UMUR BERTAMBAH (Ulang Tahunku)

Tanggal 8 Maret 2015 maka usiaku menjadi 51 Tahun, anak dan istriku sibuk menyiapkan bingkisan Ulang Tahun untukku - sederhana saja dan ciuman Selamat Ulang Tahun. Kawan-kawanku juga tidak lupa mengucapkan Selamat Ulang TahunUlang tahun adalah hari kelahiran seseorang, menandai hari dimulainya kehidupan di dunia. Perayaan ulang tahun di jaman sekarang biasa dilakukan dengan mengadakan pesta atau syukuran.

Pemberian hadiah juga kerap dilakukan, yang merupakan lambang atau tanda ucapan selamat yang ditujukan untuk orang yang berulang tahun.

Zaman sekarang ini, banyak sekali yang sudah multi tafsir makna dari Ulang Tahun itu. Mulai dari perayaan yang dilakukan orang yang merayakan Ulang Tahunnya itu. Seperti contoh, untuk sekarang ini banyak sekali dari anak-anak muda yang merayakan ulang tahunnya dengan sebuah pesta yang meriah dan mewah, mentraktir dan mengundang teman atau kerabat dekat untuk meriahkan di hari yang paling ditunggu-tunggu karena dapat membuat pesta mewah dan sebagainya.

Sebenarnya tidak ada salahnya dalam memaknai hari Ulang Tahunnya dengan membuat sebuah pesta atau acara sesuai keinginan masing-masing, hanya saja jangan MELUPAKAN MAKNA SEBENARNYA ULANG TAHUN ITU SENDIRI.

Pertama, mari lah kita sama-sama mendefinisikan kembali arti dari ulang tahun itu. Ulang tahun merupakan hari kelahiran seorang anak baru di dunia ini atas karunia Tuhan Yang Maha Esa melalui seorang tubuh Perempuan/Ibu dengan cara melahirkan. Yang perlu kita renungkan bersama adalah di detik-detik menegangkan seorang Ibu melahirkan seorang Anak, seorang Ibu rela mempertaruhkan hidupnya sendiri demi sang anaknya, Nah Kenapa bisa begitu ???

Karena pada saat Ibu kita melahirkan, Ibu kita berada dalam dua pilihan, yaitu antara hidup dan mati demi untuk melahirkan kita. Nah misalkan sekarang ini, sudah mengetahui kondisi seperti itu, ketika setiap tahun menjelang ulang tahun dengan mengingatnya dengan sebuah perayaan yang meriah dan mewah-mewah bersama kerabat atau teman sudahkah tepat sasaran atau belum ??? Silakan dijawab sendiri dalam hati saja. Coba lah direnungkan bersama, Ibu kita bersusah payah melahirkan kita pada waktu itu dengan mempertaruhkan nyawa sendiri, sedangkan kita setelah terlahir di dunia ini seakan-akan lupa mengucapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Ibu, karena tanpa mereka kita ini tidak mungkin bisa berada di dunia saat ini. Masih pantas kah kita mengingat ulang tahun kita dengan sebuah pesta yang mewah bersama teman atau kerabat, disamping kita tidak pernah mengucapkan rasa terima kasih kepada Ibu kita telah melahirkan kita dan seharusnya mengingat Hari Ulang Tahun cukup lah di rayakan dengan penuh rasa syukur dan terima kasih bersama kedua orang tua kita, Terutama ibu kita.

Sekali lagi, bukan berarti merayakan Hari Ulang Tahun dengan pesta itu salah, Bahwa merayakan Ulang Tahun dengan sebuah Pesta tidak lah pernah salah dan berhak dilakukan siapapun yang inginkan melakukannya hanya ingatlah apa tujuan kita merayakan Ulang Tahun itu, apa makna sesungguhnya Ulang Tahun itu, dan janganlah kita riya dan berpoya-poya saat merayakan Ulang Tahun kita.

"Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran " ..... QS , AL-ASR

Hal ini berarti bahwa sesungguhnya makin panjang usia kita (masa kita hidup didunia) maka makin banyak kerugian yang kita alami, kecuali......

"Selamat ulang tahun semoga panjang umur ....",  ucapan ini sering kita dengar dan sering kita terima terutama pada saat bertepatan dengan hari kelahiran kita.

Saat kita semakin bertambah usia dan semakin dewasa dari waktu ke waktu, ada hal yang kita lupakan dari semua kebahagiaan itu, bahwa secara tidak sadar dengan bertambahnya usia kita maka kita menjadi semakin tua dan tua, dan akhirnya mati, maka sudah seharusnya, sudah waktunya dan saatnya kita bertaubat dan menanam benih kebajikan sebagai bekal kita, sebagai warisan kita pada anak-anak kita.

Umur kita milik Allah dan ketentuan sampai kapan hak pakai terhadap umur kita hanya Allah Yang Maha mengetahui ...

Hari kelahiran atau yang sering disebut hari ulang tahun,sesungguhnya adalah perhitungan waktu setahun kita menjauh dari batas awal kelahiran kita, dan perhitungan setahun kita mendekat pada batas akhir umur yang disediakan Allah untuk kita ..... KEMATIAN.

Perayaan ulang tahun sering kita rayakan dengan acara pesta gemerlap, padahal secara tidak sadar kita telah merayakan berkurangnya jatah waktu kita,tetapi marilah ulang tahun kita jadikan sebagai moment perenungan atas sisa waktu yang kita miliki, moment sebagai introspeksi diri, muhasabah dengan apa yang sudah pernah kita perbuat serta ber ISTIGHFAR atas dosa dan kesalahan kita .... mari sisa usia kita benar-benar kita pacu untuk sesuatu yang bermanfaat. Waktu berpacu dan tak sedetikpun bisa terhenti  oleh keinginan kita, kalau kita menengok ke belakang misal usia kita sekarang 45 th, alangkah singkatnya kenangan 45 tahun itu bila kita ulas balik dari balig hingga 45 tahun  tak membutuhkan waktu hingga dua jam, sungguh pastilah banyak penyesalaan penyesalan yang kita ulas  dari perjalanan hidup kita, rasanya kalo bisa kita ingin mengulang merapikan kehidupan kita yang telah lalu, inilah bentuk penyesalan dengan apa yang pernah kita lakukan dengan masa lalu kita ...,perbaikan masalalu kita bisa kita aplikasikan dengan perbaikan masa kini dan masa depan kita, semoga segala macam keburukan, dosa dan maksiat yang pernah kita lakukan dimasalalu kita redam sekuat tenaga untuk tidak muncul dan terulang kembali sebagai bukti kesungguhan taubatan nasuha kita ... PERBANYAK ISTIGHFAR  untuk meredamnya, ZIKRULLAH untuk mengisi sisa waktu kita, kita nggak ada yang tahu berapa banyak sisa waktu yang kita miliki, mungkin saat ini kita sudah lalui disetengah waktu atau mungkin kita sudah dipenghujung waktu yang kita miliki, Allahualam .... hanya Allah yang menggenggam waktukita Yang Maha Mengetahui ...

Demi Allah ... setiap detik waktu pasti akan dipertanggungjawabkan, dan sangatlah tepat moment ulang tahun adalah moment introspeksi, moment perenungan untuk menganalisa pemanfaatan waktu kita .. muhasabah setiap waktu ... melihat dan mengaku kekurangan diri sendiri sangatlah berat, kecenderungan kita lebih mudah melihat dan mencela kelemahan orang lain ...setiap manusia pastilah punya aib, bersyukur kita Allah menutupi aib kita, hindarkan waktu kita yang sedikit ini untuk mencela dan mencari keburukan orang lain, mari isi waktu kita untuk memperbaiki diri sebagai bentuk muhasabah diri ... orang yang kita gunjing mungkin orang yang sepertiga malamnya  terbangun mengirimkan doa untuk kita ..., bayangkan alangkah malunya nanti kita apabila peradilan itu dibuka ... Nauzdubillah!, semoga kita menjadi hamba Allah yang saling mencintai karena Allah.

Sekali lagi marilah moment Ulang Tahun kita jadikan saat terkhusuk untuk introspeksi, muhasabah ... semoga kita menjadi hamba Allah yang bisa memanfaatkan waktu yang sedikit ini untuk meraih kebahagiaan WAKTU YANG KEKAL KELAK ...Amin Allahuma Amiin 



Saturday, March 7, 2015

BIG IDEA (tentang Sinetron Indonesia)

Sinetron merupakan kepanjangan dari sinema elektronik yang berarti sebuah karya cipta seni budaya, dan media komunikasi pandang dengar yang dibuat berdasarkan sinematografi dengan direkam pada pita video melalui proses elektronik lalu di tayangan melalui stasiun televisi.Sinema elektronik atau lebih populer dalam akronim sinetron adalah istilah untuk serial drama sandiwara bersambung yang disiarkan oleh stasiun televisi. Sinetron pada umumnya bercerita tentang kehidupan manusia sehari-hari yang diwarnai konflik berkepanjangan.

Nah kalau menurut wikipedia : Sinetron (singkatan dari sinema elektronik) adalah istilah untuk program drama bersambung produksi Indonesia yang disiarkan oleh stasiun televisi di Indonesia.

Dalam bahasa Inggris, sinetron disebut soap opera (opera sabun), sedangkan dalam  bahasa  Spanyol  disebut telenovela. Menurut hasil wawancara dengan Teguh Karya yang merupakan salah satu sutradara terkenal Indonesia, istilah yang digunakan secara luas di Indonesia ini pertama kali dicetuskan oleh Soemardjono, salah satu pendiri dan mantan pengajar Institut Kesenian Jakarta.
Bicara soal sinetron Indonesia memang tidak terlepas dari berbagai rasa tidak puas, kekecewaan serta kritikan yang pedas.

Berikut pandangan beberapa orang yang saya dapatkan dari internet :

1. Bicara soal sinetron Indonesia memang tidak terlepas dari suatu perselisihan. Perselisihan yang sering terjadi yaitu antara tokoh yang kaya raya dengan tokoh yang amat miskin (udah miskin amat lagi). Pernahkah anda merasa bahwa sinetron di Indonesia LEBAY, sering kali sinetron tersebut kebanyakan bertemakan suatu adegan yang sangat mustahil terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Belum lagi ditambah lokasi adegan yang terlalu dibuat-buat atau direkayasa dan tidak masuk akal.

2. Jalan cerita Yang Tidak Jelas saya mengambil beberapa judul sinetron yang menurut saya jalan ceritanya sudah lari dari judul. siapa yang tidak kenal judul “Tukang Bubur Naik Haji”. Dari judulnya, sinetron ini memberikan edukasi kepada penontonnya. tapi lihat dan perhatikan setelah Mat Solar tidak lagi menjadi pemeran Tukang Bubur, sinetron ini sudah menjadi kehilangan makna dari judulnya. artinya siapa lagi yang menjadi tukang bubur, dan setelah Mat Solar menjadi Haji seharusnya sinetron ini sudah selesai penayanagannya. Tapi karena masih menjadi rating yang tinggi, maka sinetron ini diperpanjang terserah sudah lari judul atau bukan. judul berikutnya adalah Emak Ijah Pengen Ke Mekah.. Hampir sama dengan Tukang Judul Tukang Bubur naik Haji. Tapi kenapa tidak dikedepankan Emak Ijahnya yang menjadi tokoh utama.Kenapa dikedepankan Trio Ubur2, Sony Wakwaw atau yang lain.

3. Sinetron Kita Tamat Ketika sudah mulai berkurang Penontonnya Coba Perhatikan sinetron kita, ada tidak sinetron yang memiliki episode yang pendek. saya rasa tidak ada. sinetron kita dipengaruhi oleh penonton. ketika penonton masih belum bosan untuk menontonnya, maka sinetron tersebut akan dibuat sampai ratusan episode. kalau perlu pun dibuat sampai seribu episode (Seperti Cinta Fitri). Sutradara dipaksa harus memperpanjang episode ketika penonton “betah” berada didepan televisi. Belajarlah dari Drama Korea, yang menampilkan kualitas yang bagus dan jalan cerita yang jelas. Drama Korea tidak pernah sampai ratusan episode.

4. Latah Membuat Judul “Ganteng-Ganteng Serigala” judul yang menurut saya itu aneh. meskipun sinetron hanya tayangan fiksi belaka, tetapi setidaknya sinetron bukan lah novel Raditia Dika. Ketika Ganteng-Ganteng Serigala menjadi tontonan yang banyak ditonton, maka stasiun tv lain pun membuat judul yang serup (7 Manusia Harimau)

5. Sinetron Indonesia adalah Jalan ceritanya yang terkesan selalu itu-itu saja. Perebutan warisan, kisah cinta si kaya dan si Miskin, dan yang paling sering adalah Kisah tertukar atau hilangnya anak yang pada akhirnya akan bertemu lagi dengan orang tuanya.

6. Kalo adegannya masih sekolah hampir dipastikan ceritanya tentang rebutan pacar dan biasanya yang rebutan yang cewek dan tokoh yang disenangi si cowok anaknya miskin atau pas-pasan dan baru masuk atau pindahan dari sekolah lain (tapi anehnya bisa masuk sekolah elite) terus ada yang sudah merasa memiliki si cowok yaitu cewek yang kaya dan punya geng (biasanya anak kepala yayasan).

7. Dimulai dengan bangkrut karena ditipu, terus dilanjutkan dengan jatuh sakit, mau berobat nggak punya duit (mantan direktur kok sebegitu amat nggak punya duit, Koruptor aja yang masuk penjara aja duitnya masih banyak). Cari kerja susah biasanya jadi kuli pasar (emangnya nggak punya teman, saudara atau mungkin dia lahirnya nggak sama orang kali)

8. Penyakit yang sering adalah kanker otak, TBC (biasanya kalau batuk batuk terus di tisunya ada darah) dan yang penyakit paling baru dan lagi ngetren disinetron yaitu : akibat jatuh atau dengar berita jadi kaget atau kecelakaan terus jadi STROOK + LUMPUH nggak bisa ngomong dan nulis yang menyebabkan jalan cerita nggak jadi selesai.
9. Enggak ada cerita tentang orang miskin ketemu orang miskin, selalu aja orang miskin ketemu orang kaya terus orang kaya jatuh cinta sama orang miskin, setelah itu orang kaya jatuh miskin dan tidak lama kemudian baru ketahuan kalau orang yang miskin ternyata keluarga nya dulu kaya
10. Kebanyakan kalo ceritanya mau selesai, selalu ada saja halangan. Entah jadi lumpuh dan nggak bisa ngomong, tertabrak mobil terus koma, habis tertabrak mobil mau sembuh kemudian jatuh dari tangga atau kebetulan disandera oleh penculik atau naik bis ketiduran terus nyampai dimana nggak tahu dan nggak punya ongkos pulang.
Nah sebenarnya banyak lagi komentar yang menunjukkan ketidakpuasan masyarakat terhadap sinetron Indonesia, lantas kenapa setelah demikian banyak komentar pedas tapi masih juga membuat jenis sinetron yang sama?
Sebagai penonton setia televisi Indonesia (sebenarnya terpaksa ikutan nonton karena istri saya suka sih) dan sekaligus sebagai seorang pelatih peran di Sanggar Seni Teater sejak 1991  sehingga sedikit banyaknya saya bisa menilai akting pesinetron dengan objektif, maka saya menyimpulkan bahwa masalah utama kenapa sinetron Indonesia begitu-begitu saja dari masa kemasa karena sutradara sinetron dan penulis naskah sinetron kekurangan Ide atau tepatnya tidak punya imajinasi, kurang wawasan sehingga tidak memiliki BIG IDEA yang cemerlang untuk menghasilkan naskah dan sinetron yang bermutu.
Nah, ada yang memiliki BIG IDEA seperti penulis Laskar Pelangi, maka ini sangat terbatas dan menurut saya inipun kemudian terlalu terburu-buru dengan tulisan lainnya yang ideya tidak jauh dari Laskar Pelangi - menurut saya ini menunjuk bahwa sang penulis juga kehabisan BIG IDEA dan akhirnya terseret arus pokoknya ada dan bisa difilmkan.
Prinsip hanya sekedar ada dan bisa produksi inilah yang membuat sinetron Indonesia menjadi tontonan yang membosankan, betapa tidak akting pemerannya mentah, karakter pemainnya bisa dikatakan tidak ada, serta adegannya vulgar, tidak mendidik.
Katakan saja ada adegan saat anak yang sudah kaya raya, malu akan kedatangan orangtuanya yang miskin dari kampung, disini diperlihatkan bagaimana anak memaki-maki dan membakar hadiah yang dibawa orang tuanya, ini sangat tidak masuk akal, karena bagaimanapun miskin dan sabarnya orang tua bila dimaki dan dihina seperti itu, pasti akan memberi respon yang sama drastisnya, tidak mungkin hanya bersabar seperti di sinetron tersebut.
Namun yang lebih tidak mungkin sikap sang anak sendiri, tidak mungkin ada anak yang secara terbuka mengungkapkan rasa malu dan penghinaan terhadap orang tuanya secara terbuka seperti itu, dan kalaupun ada, hal seperti itu tidak pantas ditayangkan ditelevisi.
Jadi tidak mengherankan bila sinetron Korea lebih diminati oleh masyarakat Indonesia dan ini juga berimbas artis korea lebih diidolakan oleh masyarakat Indonesia.

Kenapa demikian? tentu kita akan bertanya-tanya.

Ternyata sinetron Korea tidak pernah menampilan sifat arogan si kaya yang berlebihan, bila si kaya tidak suka dengan si miskin, maka cukup diperlihatkan dengan kata-kata sindiran halus, sinar mata, bahasa tubuh yang tidak berlebihan namun sudah mampu menyiratkan rasa tidak sukanya.

Anak bila tidak setuju dengan orangtuanya, juga tidak diperlihatkan hilang kesopanan dalam berkata-kata dengan orang tuanya, ia hanya terlihat dari mimik muka yang menentang keputusan orang tuanya, tapi tidak berlebihan.

Jadi dengan kata lain, sinetron Indonesia over akting dalam perannya, berlebihan.

Berikut 10 komentar tentang sinetron Indonesia yang saya kutip dari internet

1. Adegan cewek yang menyiram pacarnya dengan air minum karena kepergok selingkuh dengan wanita lain (adegan ini biasanya berlangsung di Restoran) 
2.  Adegan orang yang menghentikan sebuah pernikahan. Biasanya ketika penghulu bertanya pada para saksi, "Sah para saksi?", tiba tiba ada tokoh lain yang berteriak "Tunggu!" Untuk menggagalkan pernikahan (Basi)
 
3. Adegan sedih saat seorang cewek atau cowok sedang ditimpa kemalangan, trus lari keluar rumah (Biasanya turun hujan sampe basah-basahan, biar dikira melas kali ya?)
 
4. Adegan tokoh utama yang sedang mencari tokoh lainya (pacar, ayah, ibu, atau orang lain yang disayanginya) namun belum ketemu, padahal sudah berada di jarak yang dekat, entah karena si tokoh tidak melihat, atau pandanganya tertutup angkot (biasanya gitu sih)
 
5. Adegan tokoh utama cowok yang dengan mudahnya bisa menang jika berkelahi dengan penjahat walaupun dikeroyok (Padahal di awal cerita tak ada adegan si tokoh utama cowok belajar pencak silat)
 
6. Adegan tokoh yang berteriak kaget "APA......?" saat diberitahu ada anggota keluarganya yang kecelakaan (emangnya ga ada ekspresi lain ya selain "APA...?")
 
7. Adegan kecelakaan yang goblok, udah tahu mau ada mobil atau motor yang nabrak bukanya lari atau menghindar malah cuman berdiam diri nutupin mata sambil berteriak.
 
8. Adegan penjahat yang lagi lari-lari ngejar tokoh utama lalu berhenti sejenak cuma buat teriak "Hoee Jangan Lari loe!" (kalo cuma mau bilang begitu ngapain pake berhenti segala, goblok. Gobloknya lagi, udah tahu dikejar penjahat kok malah disuruh berhenti, ya tentu aja gak mau... Hahahahahah Koplak bener ya!)
 
9. Kalo ada firasat buruk atau terjadi sesuatu yang gawat (biasanya si tokoh utama kecelakaan atau kenapa), maka akan ada tokoh utama yang lain yang menjatuhkan gelas trus gelasnya pecah deh
 
10. Pada awal cerita, si cewek sama si cowok musuhan. tapi akhirnya malah saling jatuh cinta.....Kalo yang ini super basi… 
Nah, yang jadi pertanyaannya kenapa sudah demikian banyak kritik dan komentar tajam tentang sinetron Indonesia, tapi ternyata sinetron Indonesia tetap begitu-begitu juga.

Disini sebagai seorang pelatih peran pada Sanggar Seni Teater sejak tahun 1991, saya berpendapat bahwa penulis naskah kita, sutradara kita tidak memiliki wawasan dan tidak memiliki BIG IDEA yang segar untuk membuat sinetron yang bermutu dan menarik.

Jangan salah, bukan semuanya, penulis Laskar Pelangi, Habibie dan Ainun menunjukkan bahwa mereka memilki BIG IDEA untuk melahirkan karya yang bermutu, namun sangat terbatas, kita mengharapkan lebih banyak lagi penulis naskah dan sutradara seperti itu.

Dan yang penting jangan terjebak dengan NAFSU ingin segera membuat karya lainnya yang akan membawa anda terjebak pada karya-karya sejenis yang akhirnya tidak lebih dari karya sekedar ada - kejar tayang saja.

BIG IDEA baru akan lahir bila anda berani turun kelapangan, berani melangkah jauh ke pelosok, berani melakukan komunikasi dengan wong cilik, terbuka dengan pandangan-pandangan baru, kritis dalam menerima masukan, dan berani berkata TIDAK saat harus berkata TIDAK, berani berkata YA saat berkata YA. artinya anda harus punya prinsip jangan mau dibebani dengan pesan sponsor walaupun itu berarti anda harus kehilangan uang yang biasanya mampu membeli prinsip seseorang yang tidak teguh pada BIG IDEA nya.

Harapan kita - sinetron Indonesia segera memiliki BIG IDEA yang akan mampu menyumbangkan pemikiran, menjadi panutan dan membangun harapan bagi masyarakat Indonesia yang lebih baik, santun dalam bertutur, santun dalam bertindak, santun dalam jiwanya.

Ayo belajar keras dan bekerja keras untuk menelorkan BIG IDEA - membuat sinetron Indonesia - tuan dirumahnya sendiri.



luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com