Monday, May 25, 2015

MENDAPATKAN KEPERCAYAAN ANAK (Lanjutan Ketika Anak Tidak Berprestasi di Sekolah)

Sehubungan dengan tulisan saya "Ketika Anak tidak Berprestasi Disekolah" maka saya mendapat banyak komentar yang kira-kira seperti ini "bagaimana mungkin saya mengenali masalah anak, bila bicara saja tidak mau?" atau dengan kata lain komunikasi yang coba dibangun oleh orang tua gagal.

Hal ini sering terjadi saat kita sebagai orang tua mencoba menanamkan rasa segan anak pada kita, agar mereka mendengar apa yang kita katakan degan harapan anak mau mengikuti arahan dan kata - kata kita untuk kebaikannya. Namun yang tidak kita sadari bahwa saat kita berupaya membuat anak SEGAN pada kita, saat itu juga kita telah membuat JURANG PEMISAH untuk hubungan anak dengan orang tua.

Oleh karenanya jangan heran bila mereka enggan membicarakan masalahnya pada kita para orang tua dan ini adalah awal timbulnya beragam permasalahan lain, karena anak bila mempunyai masalah maka dia akan memendamnya sendiri, namun pada sebagian yang lain ia akan curhat pada Kakek dan neneknya, namun yang celakanya bila ia curhat pada teman sebayanya yang mungkin akan mencoba memberi solusi yang tidak tepat sebagai anak yang belum dewasa sehingga bisa jadi akan menimbulkan masalah baru, dan yang lebih parah lagi jika ia mencurahkannya pada anak yang lebih besar yang bisa jadi punya rencana kotor, maka masalah yang super besar akan muncul.

Salah satu kasus yang saya temukan diawal saya memulai kegiatan ini pada tahun 1994 ada anak perempuan yang berumur 14 tahun sekitar kelas 2 atau 3 SMP yang memberanikan diri curhat pada saya masalah payudaranya yang bentuknya seperti pepaya berbeda dengan teman-temannya sehingga ia dikatakan oleh temannya akan cepat kendur dan tidak menarik, saya saat itu masih mahasiswa dan belum menikah, namun saya mencoba dengan arif menyatakan bahwa perbedaan bentuk itu bisa saja terjadi pada setiap orang, jadi kalau bentuk seperti pepaya hanya perlu penggunaan bra yang tepat dan pas sehingga payudaranya tidak akan kendor, jadi hanya butuh perlakuan yang lebih hati-hati dan cermat saja maka kamu tidak akan mengalami masalah seperti yang dikatakan teman-temanmu, kurang lebih demikian saya katakan padanya. Namun yang saya ingin katakan disini bukan tentang masalah anak tersebut, tapi bila saya berfikiran kotor maka saya bisa saja memanfaatkan kepercayaan itu untuk hal-hal yang jelek yang akan merusak si anak, dan saya ingin menyatakan juga seharusnya sang ibulah yang harus mendapat kepercayaan si anak untuk masalah seperti itu.

Demikian juga dengan masalah menstruasi, ada juga anak yang menceritakan masalahnya pada saya, karena saat mentruasi ia merasa sakit, dan ketika ia menceritakan pada ibunya, ibunya gampang saja berkata "alah gitu saja sakit, itu biasa bagi perempuan, jangan cengeng" kira-kira demikian tanggapan sang Ibu. Saya lalu mencoba mendiskusikannya dengan teman-teman wanita para mahasiswi di Kampus dan dari mereka saya tahu ada yang memang sangat sakit saat mengalami mentruasi dan itu jarang terjadi, jadi si ibu menganggap anaknya hanya mengeluh tidak pada tempatnya, padahal bisa jadi anaknya mengalami sakit seperti yang dialami salah seorang teman wanita saya. Inilah faktor penyebab akhirnya si anak berpaling pada orang lain untuk mencari solusi pada masalahnya.

Jadi dari awal kita harus siap saat kita memulai bahtera rumah tangga, bahwa cepat atau lambat kita akan dikaruniai seorang anak dan kita belum tahu bagaimana jadinya ia kelak, yang jelas anak perlu rumah yang penuh kasih sayang dan dukungan bagi berbagai masalah yang akan dihadapinya. Jadikahlah rumah tempat baginya untuk diterima dengan kondisi apa adanya dirinya, kelebihan dan kekurangannya.

Jadi menjadi orang tua bukan hanya menyediakan makan, minum, pakaian dan kebutuhannya saja, atau melimpahinya dengan uang saku yang banyak dan membelikannya gadget yang mahal, tapi juga mengenali perilakunya, mencoba memahami pemikirannya bukannya memaksakan ia berperilaku dan berpikiran seperri yang anda inginkan, ia bukan robot yang bisa anda jejali dengan berbagai keinginan anda.

Sebagai orang tua kita kadangkala terlalu banyak menyerap informasi dari luar yang membuat kita berlaku tidak adil pada anak kita, kita mendengar guru yang berkata anak kita malas sehingga menjadi bodoh, lalu kita memaksa anak belajar lebih keras, kita mendengarkan tetangga yang berkata anak kita bandel dan meninju anaknya, sehingga kita menghukum anak kita dan menyanjung anak tetangga yang baik budinya, mendengar kata kawan-kawannya yang menyatakan anak kita kuper tidak mau bergaul, lalu kita memaksa anak untuk ikut kegiatan bersama kawan-kawannya atau mengundang kawan-kawannya kerumah agar bergaul lebih baik.

Kita lupa bertanya pada sianak sendiri, sebelum kita menghukumnya, kenapa gurunya berkata seperti itu, kita juga tidak menanyakan kenapa dia meninju anak tetangga, kita menghukumnya karena telah ada bukti memar atau luka dianak tetangga akibat ulah anak kita, kita menghukumnya karena kita tidak mau ribut dengan tetangga. Tapi tahukah kita, kalau sebenarnya sianak sebenarnya di cap malas oleh si guru karena siguru malas mengajar lalu selalu menyuruh anak kita menulis pelajaran yang ada dibuku tanpa menerangkannya? Tahukah kita kalau si guru menyuruh anak kita membawakannya oleh-oleh dari Singapura saat pulang berlibur bersama anda sekeluarga tapi ia tidak mau membawanya karena itu diangap tidak layak kalau hanya memberi satu orang guru saja sementara memberi semua pasti sangat merepotkan, Tahukah anda bahwa anak tetangga ditinju karena anak tersebut selalu mengejeknya, atau menjahilinya disekolah sehingga ia tidak tahan lagi, tahukan anda bahwa ia lebih suka berkumpul dengan anak-anak yatim dipanti asuhan dari pada berkumpul dengan kawan-kawannya yang berkeliaran di Mall dan memancing keributan dengan anak sekolah lain yang dijumpainya di Mall. Tahukan anda kawan-kawannya selalu mengutil di Mall dan dia tidak mau terlibat karena kalau tertangkap maka orang tuanya yang akan malu?

Satu kasus yang terjadi saat ini, ada seorang anak Yatim laki-laki bernama si A ia Tahun ini tamat SMA, ia miskin dan nakal demikian kata gurunya, ia merupakan binaan saya dan saya menggunakannya juga sebagai instruktur Bimbel sebelumnya, Ketika saya sidik rupanya ia mendapat predikat nakal karena sang guru menarik-narik rambutnya yang sudah mulai panjang didepan kawan-kawannya hingga kepalanya terguncang-guncang, ia yang sudah SMA malu diperlakukan seperti itu, karena kawan lain kalau rambutnya mulai panjang cukup ditarik dan dikatakan "besok ibu tidak mau lihat lagi seperti ini ya?" selesai, jadi karena malu ia menepis tangan ibu guru dan si ibu guru marah dan mengatai dia nakal dan kurang ajar. Lalu kali lain si Ibu Guru juga memarahinya karena menggunakan celana robek (sedikit hanya dilutut karena terbalik sepeda motor beberapa hari lalu) dan karena marahnya seperti ini "Apa bapakmu tidak punya uang beli celana sekolah untukmu?" dengan nada tinggi dan didepan kawan-kawannya, maka ia menjawab juga dengan keras (karena malu) "Kalau ada Bapak saya bukan hanya celana sekolah bisa dibeli, baju untuk ibu juga bisa dibeli" Nah kalau begini, siapa yang salah, apalagi sebenarnya kemarin hujan lebat sehingga celananya basah saat pulang sekolah, sementara yang kering hanya celana yang robek tersebut.

Nah kasus ini hanya sebagai ilustrasi, bahwa guru juga bisa salah, jadi jangan kita bulat-bulat menelan semua ucapannya dan menjatuhi hukuman pada anak kita.

Oleh karena itu sesibuk apapun anda, bila anda peduli pada anak anda dan keluarga anda - luangkan waktu minimal setiap makan malam untuk bertemu dan berbincang-bincang tentang hari-hari yang dilaluinya, tidak salahnya juga menceritakan hari yang anda lalui sehingga anak bisa memahami bahwa anda juga telah bekerja keras untuk menghidupi keluarga dan ini menimbulkan rasa saling pengertian diantara anda.

Kenali minatnya, biarkan ia bercerita tentang gurunya, kawannya dan lainnya, jangan memotong ceritanya walaupun saat ia bercerita hal yang salah tentang menjahili gurunya, menjahili kawannya atau lainnya, nanti selesai bercerita baru anda memberi komentar dan meluruskan kesalahan yang dilakukan dengan bijak.

Jadi yang perlu anda lakukan untuk mendapatkan kepercayaan anak, yang paling utama adalah menyediakan waktu untuknya, dan mendengarkan  ceritanya. Inilah hal yang paling berat untuk dilakukan, tapi ini yang harus anda lakukan untuk mendapat kepercayaanya.

0 comments:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com