Tuesday, March 3, 2015

MASA KECILKU (s/d SD) di Sabang

Aku lahir di Banda Aceh, tepatnya Lamprit, namun hanya sedikit kenangan yang kuingat tentang masa kecilku di Lamprit, aku ingat punya kawan yang kupanggil Win, Zulfan dan selebihnya aku ingat pernah bermain dilapangan atau tepatnya semak-semak berumput panjang (rumputnya kasar dan tidak dimakan hewan).

Kenangan yang melekat erat padaku adalah ketika aku pindah ke Kota Sabang (Pulau Weh), aku ingat sangat ketakutan saat naik kapal kecil (kapal kayu) yang tidak kuingat lagi namanya, aku memeluk erat tiang yang ada dikapal itu, takut karena kapal sangat oleng oleh ombak di pelabuhan Ule Lhe'.

Selanjutnya aku ingat kami tinggal disebuah mess yang diberi nama Mess SMA, karena yang tinggal disana adalah guru dan pegawai yang bekerja di SMA Negeri Sabang (saat itu SMA di Sabang hanya 1 buah).

Mess SMA ini adalah gedung tua peninggalan Belanda, disebelahnya adalah SD Negeri 7 yang merangkap juga sebagai SD Negeri 8 dan bangunan sekolah ini juga gedung tua peninggalan Belanda, dan disebelah kanannya adalah gedung SD Negeri 3 yang juga katanya peninggalan China dan digedung itu kabarnya setelah pemberontakan PKI disana ada digorok PKI, ih seramm!!!

Aku sekolah di SD Negeri 7, aku ingat nama Bapak Kepala Sekolah pertamaku adalah Bapak Abu (entah apa nama panjangnya aku tidak ingat), lalu kepala sekolah diganti dengan Bu Eli (aku juga tidak ingat lagi nama panjangnya).

Sementara guru SD yang sangat kuingat adalah Ibu Berta (ibu ini asal Tapanuli, tapi aku tidak ingat marganya) dan yang sangat membuat aku ingat padanya, ia sangat percaya padaku, ia memaksaku ikut latihan menari, Tari Tor-Tor, tapi saat ia memaksaku ikut tarian lain yang mengharuskan aku berpasangan dengan anak perempuan aku tidak mau dan lari ketakutan. Ibu ini juga yang mengenalkankan pada jasa POS dan menyimpan uang di BANK, saat itu aku baru kelas 3 SD.

Aku punya kawan akrab namanya YUSNI, ia anak Kongsi yang terkenal badung, namun bagiku ia kawan yang sangat baik, ia melindungiku dari kenakalan anak-anak lain, aku tidak tahu dimana kini ia berada, terakhir kudengar kabar ia telah menjadi orang hebat - perwira tinggi angkatan laut, lalu aku juga punya teman keturunan Tionghoa bernama Irsan, Bun Hin Cong, Solihin, Amin, semuanya keturunan Tionghoa, aku juga tidak pernah berjumpa lagi dengan mereka.

Kawan lainnya yang kuingat adalah Yeni Candra, ia pasanganku saat karnaval 17 Agustus, ia memakai pakaian adat Aceh, sama sepertiku. lalu yang terakhir aku ingat tentang Yenni Candra ia menikah muda saat tamat SMP dan aku tidak tau dimana ia kini.

Aku ingat hanya sekali pernah berkelahi saat kecil, dan kalaupun itu bisa disebut perkelahian, karena aku kena tinju sekali dipelipis hingga benjol, lalu lawanku lari dan karena tidak dapat membalas aku mengabil batu dan melemparnya - kena dikepala hingga berdarah - aku lari ketakutan bersembunyi dikamar tidur (rumahku dekat dengan sekolah - disebelah sekolah).

Kami berdua kena marah dan dinasehati panjang lebar oleh guru dan ibuku. Aku tidak ingat lagi siapa nama lawanku itu, ia dari SD Negeri 8 yang saat itu masuk siang.

Aku ingat aku terlambat bisa membaca, sehingga Bapakku membelikan majalah si Kuncung, dan pertama ia membacakannya untukku (saat itu aku sudah kelas 2 atau 3) lalu setelah aku tertarik dengan majalah si Kuncung itu, Bapak tidak mau lagi membacakannya, sehingga aku harus berusaha sendiri - eh begitu lancar membaca - nyaris aku tidak pernah lepas dari buku sehingga dijuluki si kutu buku.

Jadi praktis masa kecilku hingga SD - datar-datar saja ini disebabkan aku sebagai anak bungsu sangat dilindungi sehingga tidak banyak aktifitas yang kulakukan saat itu.

0 comments:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com