Membaca buku Membangun Aceh dari Gampong karya Arie Sujito, Farid Hadi Rahman, Hendri Syafrizal, Saiful Isky yang meruakan catatan ringan dari Riset Monitoring Pemilihan Keuchik Langsung, maka yang terfikirkan saya bukan masalah pemilihan langsung keuchik tersebut, namun pembangunan gampong secara menyeluruh, mulai dari infra struktur, SDM hingga peningkatan sarana dan prasarana pendidikan mandiri seperti Taman Bacaan Masyarakat, Learning Center dll.
Saya setuju bahwa membangun Aceh memang harus dimulai dari Gampong sebagaimana disebutkan oleh Arie Sujiti dkk, namun saya tidak sependapat bahwa hanya dengan pemilihan keuchik secara langsung berarti persoalan membangun Gampong terselesaikan, karena dalam pengamatan saya, pemilihan langsung keuchik tanpa didukung dengan SDM yang baik juga hanya menjadi ajang KKN saja, karena rendahnya taraf perekonomian masyarakat pedesaan membuat mereka menjadi obyek dari para pelaku politik tingkat gampong dan kecamatan yang berkepentingan dengan terpilihnya keuchik tertentu.
Dalam konteks ini maka Pembangunan Aceh yang dimulai dafri gampong harus disertai dengan pembangunan bidang lainnya, bukan hanya politik atau tepatnya demokrasi.
Hal yang tidak kalah pentingnya untuk dibangun di desa adalah Taman bacaan masyarakat, ini belum merata disemua desa di Aceh, tapi pembangunan Taman Bacaan masyarakat saja juga tidak akan berguna bila tidak disertai dengan sumber pendanaan yang jelas dan memadai, karena dari pengalaman yang sudah dilakukan selama ini, baik oleh pemerintah sendiri, maupun oleh BRR paska tsunami, maka ternyata satu persatu TBM yang ada hilang dan berubah fungsi (oleh karenanya kami fokus dalam pengembangan TBM dengan tujuan agar bantuan yang telah ada tidak sia-sia begitu saja). Dan umumnya TBM ini tutup atau berubah fungsi karena ketiadaan dana operasional, baik untuk honor pengelola maupun biaya listrik dan perawatan buku serta penambahan koleksi.
Kemudian yang tidak kalah pentingnya adalah pembangunan Rumah Pintar disetiap kecamatan, Rumah Pintar adalah sejenis Learning Center yang sangat diperlukan untuk melatih anak-anak putus sekolah, anak tamatan SMA yang tidak melanjutkan kuliah dan masyarakat umum yang belum memiliki pekerjaan tetap dengan life skill yang akan menjadi modal mereka untuk berwirausaha. Dan ini juga harus disertai dukungan dana yang memadai untuk operasionalnya serta pembiayaan program-programnya.
Alangkah baiknya bila di Rumah Pintar (Learning Center) juga memberikan pelatihan tentang kewirausahaan (entrepeuneur), serta yang paling penting mendidik cara kerja dalam tim sehingga mereka bisa membentuk kelompok usaha bersama, dan untuk ini Rumah Pintar (Learning Center) harus juga menyiapkan modal awal usaha kelompok yang akan dibentuknya berdasarkan minat masing-masing peserta didik dan usaha kelompok ini harus mendapat pembinaan minimal selama 1 tahun, baru dilepaskan secara mandiri.
Selama ini banyak pelatihan kerja yang hanya memberikan pelatihan life skill saja tanpa mempelajari minat peserta pelatihan itu sendiri (banyak peserta diperoleh berdasarkan permintaan mereka ke gampong-gampong dan biasanya gampong akan mengirimkan peserta yang itu-itu saja dari tahun ke tahun/ hal ini kemungkinan karena keuchik gampong hanya memilih orang terdekatnya saja dan biasanya peserta juga mengikuti pelatihan hanya mengharapkan uang saku saja).
Akibat dari praktek pelatihan dengan peserta seperti tersebut diatas, maka hasil akhir yang ingin dicapai tidak diperoleh, saya juga melihat bahwa ada pelatihan yang memberikan modal dasar untuk usaha seperti saya sebutkan diatas, tapi sayang sekali karena misi peserta sebagaimana diatas membuat modal kerja itu hanya menjadi pajangan saja dirumah/tidak diproduktifkan.
Kini saya juga melihat bahwa untuk gampong dialokasikan dana pemberdayaan masyarakat yang cukup besar, dan saya juga melihat bahwa gampong mulai dari setiap dusun diminta untuk mengajukan proposal usaha kelompok untuk mendapatkan dana tersebut, tapi karena ini tidak dibarengi dengan persiapan dan pembangunan SDM digampong, maka masyarakat mendapat informasi yang simpang siur tentang bantuan usaha tersebut, demikian juga para Keuchik, sehingga bila diperhatikan maka kelompok yang diusulkan tersebut memiliki nama-nama yang sama dimana hanya posisi dikelompok diganti-ganti, kadangkala berada di posisi ketua kelompok, kadang kala disekretaris, kadangkala di bendahara, dan sekali-kali dianggota, biasanya mereka adalah orang-orang yang memiliki SDM lebih dibanding anggota amsyarakat lainnya, namun sayangnya memiliki metalitet yang kurang baik, tidak ikhlas dalam membantu anggota masyarakat lainnya, wah kenapa saya berkata begitu, karena saya tahu pasti untuk membuat proposal itu mereka memungut bayaran dari anggota lainnya / patungan biaya pembuatan proposal - jadi tidak ada kesediaan mereka untuk berbagi informasi dan pengetahuan mereka dengan yang lain.
Oleh karena itu pembangunan SDM di masyarakat gampong, mulai dari Keuchiknya sangat diperlukan, bahkan mungkin ini juga diperlukan hingga anggota dewan, betapa tidak, saya melihat sendiri bahwa bantuan yang keluar berdasarkan usulan kelompok tertentu dengan proposal yang mereka ajukan, sering diubah kembali, nama kelompok tetap, desa tetap, hanya ketua, bendahara, sekretarsi serta anggota yang diganti baru, ada yang diganti seluruhnya, ada pula yang ketuanya tetap namun anggota diganti baru, atau ada juga ketua dan sekretaris tetap, bendahara dan anggota diganti baru, Jadi tidak ada lagi yang namanya kesetiaan antara sesama anggota masyarakat gampong dan kerahasiaan serta kepatuhan pada sumpah jabatan juga tidak dimiliki lagi oleh anggota Dewan atau pejabat, karena kalau tidak mereka setujui atau ketahui bagaimana mungkin proposal itu bisa diubah sedemikian rupa?
Akhirnya semua berpulang kepada kita sendiri, beranikah kita jujur pada diri kita sendiri? Beranikah kita berkata tidak pada Uang?
Ayo membangun Aceh..... Ayo membangun Gampong (saya telah memulainya dengan Children Learning Center dengan didukung oleh 10 orang dari Millis Aceh Lon Sayang) ..... Kapan lagi kita akan mulai? ...... Ayo mulai SEKARANG !!!!!
0 comments:
Post a Comment