Thursday, May 28, 2015

MEMAHAMI MINAT ANAK

Seorang anak dari kasus yang saya temui diawal perjalanan saya dengan yayasan ini, saya menemukan anak tersebut sulit sekali berkonsentrasi dengan pelajaran sekolah, tapi ia tahan duduk berjam-jam memperhatikan saya mereperasi komputer dan bertanya ini dan itu sehingga mulanya saya sedikit jengkel melayani pertanyaannya, namun kemudian saya menyadari bahwa saat saya memberikannya CPU rusak lainnya untuk dibersihkannya (dalam upaya saya menghindari menjawab pertanyaannya yang bertubi-tubi), ternyata ia mengerjakannya dengan sangat baik, artinya ia bukan hanya membersihkan begitu saja tapi ia membuka tiap komponen yang ada dan membersihkannya dengan teliti dan memasangnya kembali dengan benar (saya dalam hati mengharapkan ia gagal dalam memasangnya dengan benar sehingga saya bisa menyingkirkannya, tapi dugaan saya salah).

Dengan arahan yang benar dan kesempatan belajar yang diminatinya ternyata ia mampu memberikan kontribusi yang baik bagi masyarakat, ia terakhir memiliki bengkel reperasi alat elektronik yang memiliki banyak pelanggan termasuk saya, sayang Tsunami 2004 telah merenggutnya dari kita.

Oleh karenanya jangan sesekali mengultimatum seorang anak dengan sebutan "malas", tidak memiliki motivasi, bahkan tidak terlalu cerdas, anak mungkin akan terlihat sering melamun dan gelisah dalam kelas, sama sekali tidak fokus, namun banyak faktor disfungsi otak yang tidak kita pahami yang mungkin menjadi penyebab perilakunya tersebut sehingga kita yang dewasa saja tidak bisa memahami hal tersebut, jadi bagaimana mungkin kita membebani anak agar ia menanggung sendiri disfungsi otaknya yang dialaminya. Sungguh tidak adil!!!

Ada anak yang sudah belajar sepanjang malam menghafal berbagai data tentang pelajaran sejarah, biologi atau lainnya, namun saat ujian ternyata semua yang dihafalnya mati-matian sepanjang malam lenyap begitu saja, namun ada juga anak yang belajar hanya beberapa jam saja, tapi ternyata dapat menjawab semua soal hafalan tersebut dengan lancar dan benar. Mungkin kita akan malu bila anak kita yang menderita ketidakmampuan menghafal dan mungkin akan bangga hingga langit ketujuh saat memiliki anak yang bisa menghafal dengan baik, ini banyak ditunjukkan saat ini dengan banyaknya orang tua yang menyekolahkan anaknya ke pesantren modern yang menghafalkan Hafidh Al-Qur'an 30 Juz dengan lancar.

Namun sering kali kita melupakan bahwa saat dewasa sering kali masalah ingatan hafalan yang demikian kuat tidak memegang peranan utama lagi dalam mencapai kesuksesan, dimana analisa dan penafsiran yang berdasarkan logika serta perhitungan matematis yang tepat lebih memegang peranan penting untuk mencapai kesuksesan.

Anak saya yang tertua, lemah dalam menghafal dan perhitungan matematika, tapi dalam hubungan sosial dia sukses besar, hampir semua anak-anak disekolah mengenalnya dengan baik, demikian juga semua guru dan pegawai di sekolah mengenalnya dengan baik, ia sering dikunjungi teman-temannya yang tinggal jauh dari rumahnya, ia juga bisa mengakurkan kawannya disekolah dan kawannya di desa tempat ia tinggal, tapi berbeda dengan adiknya, ia lebih suka mempelajari berbagai hal baru, ia suka bercakap-cakap dengan turis asing untuk melatih bahasa Inggrisnya, ia suka mengotak atik komputer, gadget dan alat elektronik lainnya, namun untuk hubungan sosial bagaimanapun saya mendorongnya dan bagaimanapun ia berusaha, namun hasilnya ia mempunyai hubungan yang terbatas dalam hubungan pertemanan dengan kawan-kawannya, baik di sekolah maupun di daerah tempat tinggalnya.

Jadi tugas saya hanya menjaga keseimbangan saja bagi masing-masing anak untuk dapat menjaga hubungan sosialnya tetap berjalan meskipun kemampuannya dalam membina hubungan itu sangat terbatas, demikian juga bagi yang satunya ia juga perlu sedikit didorong untuk menghafal dan mengingat hal-hal yang penting, terutama dalam keagamaan dimana halal dan haram harus diingat dengan baik.

Anak yang paling cerdas sekalipun akan frustasi bila dirinya terlalu pemalu, banyak anak dari kalangan ekonomi menengah ke atas, memiliki rasa malu yang berlebihan dan ini saya amati banyak terjadi karena faktor orang tua, umumnya dari kaum ibu yang terlalu melindungi anaknya agar tidak bergaul dengan anak-anak nakal yang dianggap dapat merusak pribadi si anak.

Dalam satu kasus yang baru saja terjadi, saya menumukan bahwa hal ini salah besar, dimana ada seorang anak kita katakan saja S yang terkenal nakal, dan juga miskin dan Yatim, seluruh guru sekolah akan mengatakan ia nakal demikian juga banyak murid lainnya yang membenarkan predikat yang diberikan guru tersebut, tapi dalam berbagai kunjungan yang dilakukan ke Pusat Pembelajaran Anak, dan dari berbagai komunikasi serta tanggungjawab yang saya berikan padanya, ternyata si anak membuktikan diri bahwa ia bertanggungjawab dan cukup kreatif, dan akhirnya ia juga mampu membuktikan diri saat mendapatkan ranking satu ketika mengikuti UN 2015.

Saya juga menemukan anak seorang wakil kepala sekolah yang mendapat predikat bodoh dan bandel disekolahnya, bahkan ibunya sendiri (ayahnya telah meninggal) juga menganggapnya bodoh dan bandel, sehingga menjumpai saya karena dilihat dibanyak kesempatan anaknya selalu menceritakan kegiatan yang dilakukannya bersama kelompok dibawah binaan saya, iabunya meminta bantuan saya untuk mengatasi kebandelan anaknya, dan juga berkata kalau bodoh mau dibuat apa lagi sudah demikian kemampuannya, lalu saya katakan anak ibu tidak bodoh, jadi jangan mengatakan ia bodoh sehingga ia mempunyai pikiran yang sama bahwa ia bodoh. Dukung saja ia, jangan sampai rumah tempat sekarusnya ia menemukan rasa aman dan dilindungi tapi dirasakan sebaliknya karena ibu tidak mendukungnya. Jangan menyerah, dukung ia dan bantu ia sekuat kemampuan ibu, jangan menyerah, insya Allah ia juga akan berusaha sebaik mungkin.

Dan terbukti setelah melewati masa SMP saat ia melanjutkan bersekolah di Padang di tempat pamannya (ibunya menuruti saran saya untuk melanjutkan sekolah anaknya dilingkungan baru yang tidak mengenalnya selama ini) ia perlahan mampu meningkatkan kualitas dirinya, ia mampu menjadi Ketua OSIS saat naik kelas 2 SMA, dan selesai SMA saat kembali ke Aceh, ia mampu menjadi ketua SENAT Mahasiswa di tempat ia kuliah. Sayang saya tidak tahu bagaimana nasibnya saat peristiwa tsunami 2004 dan hingga kini saya tidak mendengar kabarnya apakah ia selamat dari musibah tersebut atau tidak.

Itu pula yang dialami Y, dimana ia sangat tertinggal pada saat SD dan SMP  tapi saat SMA ia meroket pesat dalam pelajaran Sejarah, Bahasa Inggris dan Seni, Ia mengambil kuliah SOSPOL dan kini ia menjabat Bupati disuatu daerah di Aceh dimana priode sebelumnya ia menjadi anggota Dewan.

Jadi jika anda mempunyai anak yang memiliki profil yang tidak sesuai harapan, jangan menyerah dan jangan biarkan ia menyerah, karena kekuatan dan kelemahan tertentu pada anak bisa muncul pada usia tertentu dan kondisi tertentu pula tapi pada kondisi yang berbeda dan situasi yang berbeda maka bisa muncul sebaliknya.

Oleh karenanya tugas kita sebagai orang tua adalah membantu anak-anak melewati masa-masa sulit yang dialami anak kita, karena kadangkala sifat yang menyulitkan anak pada masa SD atau SMp bisa menjadi aset berharga baginya saat dewasa. Jadi bila anak pulang dengan nilai jelek di raportnya maka kita orang tua dapat menghibur diri kita dengan kenyataan bahwa nilai raport tidak dapat diandalkan untuk memperkirakan bagaimana karier anak anda dikemudian hari, dan ingatlah bahwa orang yang bodoh dan menyadari ia bodoh biasanya akan menjadi pekerja keras yang pantang menyerah sehingga ia akan terus berusaha untuk berhasil, dan saat berhasil maka ia akan mempekerjakan orang pintar untuk membuat ia lebih berhasil.

Jadi luangkan waktu anda untuk membantu anak anda, karena anda punya waktu seumur hidup untuk bekerja, tapi anak anda hanya waktu sekali untuk melewati masa kanak-kanaknya.

0 comments:

Post a Comment

luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com