Zaman yang semakin sibuk dan ramai bisa dibilang turut memperparah gejala ini. Orangtua, dan tak jarang keduanya (ayah dan ibu), bekerja lebih keras dan lebih lama di luar rumah, sehingga mereka sudah kehabisan tenaga (kecuali untuk memencet remote control TV) untuk menghabiskan waktu bersama anaknya. Banyaknya pilihan media juga cenderung membuat orangtua membiarkan anaknya ’didongengi’ oleh film, acara TV, musik, buku, komik, internet, dan game yang belum tentu sesuai perkembangan usia mereka dan nilai-nilai yang ingin ditanamkan orangtua kepada anaknya. Padahal bercerita mempunyai dampak yang lebih buat anak dibandingkan dengan media-media yang lebih modern.
Yang pertama-tama harus diingat adalah bahwa bercerita (storytelling) tidak sama dengan membacakan cerita (reading). Bagus Takwin dalam bukunya, Psikologi Naratif: Membaca Manusia sebagai Kisah (2007), memaparkan pendapat para tokoh-tokoh antropolog dan folklore mengenai keunikan aktivitas bercerita. Pada intinya, bercerita lebih dari sekedar membacakan cerita; dalam bercerita, kita juga menghidupkan kembali kisah (entah itu tulisan atau lisan) dengan menggunakan beragam keterampilan dan alat bantu. Dasar-dasar ilmu peran, seperti pengubahan suara, ekspresi wajah, gerak tubuh, menjadi sangat penting dalam proses bercerita. Pencerita juga melibatkan sebanyak mungkin Meskipun tidak menjadi kewajiban, penggunaan media bantu, seperti gambar sederhana, musik pengiring, atau model (misalnya boneka atau rumah-rumahan) dapat membantu menghidupkan kisah yang kita sampaikan dalam benak pendengarnya.
Yang pertama-tama harus diingat adalah bahwa bercerita (storytelling) tidak sama dengan membacakan cerita (reading). Bagus Takwin dalam bukunya, Psikologi Naratif: Membaca Manusia sebagai Kisah (2007), memaparkan pendapat para tokoh-tokoh antropolog dan folklore mengenai keunikan aktivitas bercerita. Pada intinya, bercerita lebih dari sekedar membacakan cerita; dalam bercerita, kita juga menghidupkan kembali kisah (entah itu tulisan atau lisan) dengan menggunakan beragam keterampilan dan alat bantu. Dasar-dasar ilmu peran, seperti pengubahan suara, ekspresi wajah, gerak tubuh, menjadi sangat penting dalam proses bercerita. Pencerita juga melibatkan sebanyak mungkin Meskipun tidak menjadi kewajiban, penggunaan media bantu, seperti gambar sederhana, musik pengiring, atau model (misalnya boneka atau rumah-rumahan) dapat membantu menghidupkan kisah yang kita sampaikan dalam benak pendengarnya.
Namun yang paling membedakan bercerita dari membacakan cerita adalah dimungkinkannya interaksi antara pencerita dan pendengar dari awal hingga akhir aktivitas bercerita. Dalam hubungan orangtua-anak misalnya, anak bisa mengusulkan atau memilih cerita tertentu yang ingin ia dengarkan pada saat itu. Ketika aktivitas bercerita tengah berlangsung, anak juga dapat memberi masukan kepada pencerita, bisa dari dari segi teknis (cara bercerita) atau dari isi cerita itu sendiri. Setelah cerita selesai, interaksi tetap bisa dipertahankan, misalnya dengan memandu anak untuk mengambil hikmah dari cerita tersebut.
Jika keterampilan, alat bantu, dan interaksi yang telah disebut di atas digunakan dengan baik, banyak manfaat yang bisa diperoleh anak (dan juga orangtua sebagai pencerita) dari aktivitas bercerita. Berikut adalah manfaat-manfaat yang bisa diperoleh tersebut (Takwin, 2007):
- Berbagi dan menciptakan pengalaman bersama dengan bantuan cerita dapat mengembangkan kemampuan anak menafsirkan peristiwa yang ada di luar pengalaman langsungnya. Melalui cerita-cerita yang disampaikan, pemahaman anak tentang dunia dapat diperluas dalam atmosfer yang penuh cinta dengan cara yang aman. Anak tidak perlu mengalami sendiri kejadian-kejadian berbahaya untuk memahami adanya bahaya. Anak tidak perlu mengalami penderitaan untuk memahami adanya penderitaan. Anak dapat memahami apa itu kebahagiaan dan bagaimana mencapainya, lalu memproyeksikan pemahamannya itu ke masa depan dan bergerak mencapainya di kemudian hari.
- Penceritaan memperkenalkan pola bahasa lisan kepada anak. Anak butuh pengalaman yang luas mengenai bahasa agar bisa belajar membaca dan menjadi pembaca yang unggul.
- Penceritaan mengembangkan kemampuan menyimak dan mendengar aktif pada diri anak.
- Penceritaan mengembangkan sikap positif anak terhadap buku dan membaca. Bercerita merupakan alat yang prima untuk memperkenalkan anak dengan dunia bacaan yang menakjubkan. Untuk tujuan ini, pencerita memegang dan membaca buku ketika bercerita agar anak memiliki asosiasi positif antara buku dengan kesenangan yang ia dapat dari mendengarkan cerita. Pencerita pun menjelaskan buku apa yang dibacanya sebagai sumber cerita yang disampaikannya.
- Penceritaan menyumbang kepada perkembangan sosial dan kognitif melalui pengalaman yang dibagikan lewat cerita serta ikut serta menghayati kebahagiaan atau kesedihan, keberuntungan, atau kemalangan orang lain. Melalui penceritaan, anak-anak dapat belajar empati, dalam arti menempatkan diri pada posisi orang lain, mengembangkan kepedulian, serta memahami keterkaitannya dengan orang lain dalam dunia bersama.
- Penceritaan menyumbang kepada kesehatan mental anak serta menolong anak belajar mengatasi persoalan-persoalan yang dihadapinya. Dengan bercerita, pencerita dapat membantu anak mengembangkan kemampuan pengelolaan dirinya melalui pemberian struktur bagi khayalan dan fantasinya.
- Penceritaan membantu anak untuk mengembangkan sebuah sistem nilai etis.
- Kegiatan bercerita memperkenalkan anak dengan kisah-kisah klasik yang teruji kualitasnya dan umum dikenal orang karena hal-hal baik yang dikandungnya.
- Penceritaan membantu anak menambah perbendaharaan kata.
- Cerita menghibur dan menyenangkan anak.
- Penceritaan memperkaya anak di pelbagai ranah kurikulum, seperti bahasa, sejarah, budi pekerti, ilmu pengetahuan alam, dan ilmu pengetahuan sosial. Bahkan dewasa ini bercerita sering dijadikan media untuk belajar matematika.
- Cerita membantu anak untuk dapat menghargai kekayaan budayanya serta kekayaan budaya bangsa lain.
- Penceritaan memfasilitasi anak untuk mendapatkan hikmah dari cerita yang dapat ia perbandingkan dengan pengalamannya sehari-hari.
- Penceritaan melenturkan pikiran anak dan membantu anak belajar memahami hal-hal dari beragam sudut pandang; meningkatkan kompleksitas pikiran anak.
0 comments:
Post a Comment