This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Telling stories and joking with children in refugee camps

Kak Ubit when gathering activities with children in refugee camps - he talked and exchanged experiences with their

Telling stories and joking with children in refugee camps

Kak Ubit when gathering activities with children in refugee camps - he talked and exchanged experiences with their

Storytelling on the Beach

Kak Ubit when bringing children to the seaside recreation also not miss the opportunity to talk with them

Story Teller

While visiting the school, Kak Ubit not miss the opportunity to talk and joke with children

Story Teller

There is always a small gift for children achievers

Story Teller

There is always a small gift for children achievers

Thursday, August 13, 2015

Restaurant PUTROE Blang Nie - Leupung already opened



With the opening of the restaurant "Putroe" Nie Blang - Leupung - Aceh Besar, it is also expected to take to boost social activities at the Child Study Center, Tutoring including free activities for poor children and orphans that has now entered into force 4, also improve library services as well as various other activities.

This can be done if the visitor Putroe Eating increases from day to day, due to the increase of visitors will increase as well benefit from this restaurant and this means that the amount of funds to be set aside for operational activities at the Child Study Center also increased as well.

As a social enterprise, the home meal Putroe so require financial support from the donors for development, it is like giving a fishing rod when the fish want a child, so the fishing line so any time he can seek to obtain the fish and it will not break away.

Likewise for benefactors who wish to support the social activities organized at the Child Study Center (please see more details here), then by giving donations to Putroe Eating, either in the form of grants or loans he had given a fishing rod like a child, these funds will continue developing and continuously contributes to social activities at the Child Study Center, Putroe growing home meal, the greater the contribution to be received by the Child Study Center.

And by giving it the generous donations will also get attractive rewards, dianataranya rebate of up to 100% in restaurants Putroe, fantastic is not it? Want to know how, click here!

Thursday, May 28, 2015

MEMAHAMI MINAT ANAK

Seorang anak dari kasus yang saya temui diawal perjalanan saya dengan yayasan ini, saya menemukan anak tersebut sulit sekali berkonsentrasi dengan pelajaran sekolah, tapi ia tahan duduk berjam-jam memperhatikan saya mereperasi komputer dan bertanya ini dan itu sehingga mulanya saya sedikit jengkel melayani pertanyaannya, namun kemudian saya menyadari bahwa saat saya memberikannya CPU rusak lainnya untuk dibersihkannya (dalam upaya saya menghindari menjawab pertanyaannya yang bertubi-tubi), ternyata ia mengerjakannya dengan sangat baik, artinya ia bukan hanya membersihkan begitu saja tapi ia membuka tiap komponen yang ada dan membersihkannya dengan teliti dan memasangnya kembali dengan benar (saya dalam hati mengharapkan ia gagal dalam memasangnya dengan benar sehingga saya bisa menyingkirkannya, tapi dugaan saya salah).

Dengan arahan yang benar dan kesempatan belajar yang diminatinya ternyata ia mampu memberikan kontribusi yang baik bagi masyarakat, ia terakhir memiliki bengkel reperasi alat elektronik yang memiliki banyak pelanggan termasuk saya, sayang Tsunami 2004 telah merenggutnya dari kita.

Oleh karenanya jangan sesekali mengultimatum seorang anak dengan sebutan "malas", tidak memiliki motivasi, bahkan tidak terlalu cerdas, anak mungkin akan terlihat sering melamun dan gelisah dalam kelas, sama sekali tidak fokus, namun banyak faktor disfungsi otak yang tidak kita pahami yang mungkin menjadi penyebab perilakunya tersebut sehingga kita yang dewasa saja tidak bisa memahami hal tersebut, jadi bagaimana mungkin kita membebani anak agar ia menanggung sendiri disfungsi otaknya yang dialaminya. Sungguh tidak adil!!!

Ada anak yang sudah belajar sepanjang malam menghafal berbagai data tentang pelajaran sejarah, biologi atau lainnya, namun saat ujian ternyata semua yang dihafalnya mati-matian sepanjang malam lenyap begitu saja, namun ada juga anak yang belajar hanya beberapa jam saja, tapi ternyata dapat menjawab semua soal hafalan tersebut dengan lancar dan benar. Mungkin kita akan malu bila anak kita yang menderita ketidakmampuan menghafal dan mungkin akan bangga hingga langit ketujuh saat memiliki anak yang bisa menghafal dengan baik, ini banyak ditunjukkan saat ini dengan banyaknya orang tua yang menyekolahkan anaknya ke pesantren modern yang menghafalkan Hafidh Al-Qur'an 30 Juz dengan lancar.

Namun sering kali kita melupakan bahwa saat dewasa sering kali masalah ingatan hafalan yang demikian kuat tidak memegang peranan utama lagi dalam mencapai kesuksesan, dimana analisa dan penafsiran yang berdasarkan logika serta perhitungan matematis yang tepat lebih memegang peranan penting untuk mencapai kesuksesan.

Anak saya yang tertua, lemah dalam menghafal dan perhitungan matematika, tapi dalam hubungan sosial dia sukses besar, hampir semua anak-anak disekolah mengenalnya dengan baik, demikian juga semua guru dan pegawai di sekolah mengenalnya dengan baik, ia sering dikunjungi teman-temannya yang tinggal jauh dari rumahnya, ia juga bisa mengakurkan kawannya disekolah dan kawannya di desa tempat ia tinggal, tapi berbeda dengan adiknya, ia lebih suka mempelajari berbagai hal baru, ia suka bercakap-cakap dengan turis asing untuk melatih bahasa Inggrisnya, ia suka mengotak atik komputer, gadget dan alat elektronik lainnya, namun untuk hubungan sosial bagaimanapun saya mendorongnya dan bagaimanapun ia berusaha, namun hasilnya ia mempunyai hubungan yang terbatas dalam hubungan pertemanan dengan kawan-kawannya, baik di sekolah maupun di daerah tempat tinggalnya.

Jadi tugas saya hanya menjaga keseimbangan saja bagi masing-masing anak untuk dapat menjaga hubungan sosialnya tetap berjalan meskipun kemampuannya dalam membina hubungan itu sangat terbatas, demikian juga bagi yang satunya ia juga perlu sedikit didorong untuk menghafal dan mengingat hal-hal yang penting, terutama dalam keagamaan dimana halal dan haram harus diingat dengan baik.

Anak yang paling cerdas sekalipun akan frustasi bila dirinya terlalu pemalu, banyak anak dari kalangan ekonomi menengah ke atas, memiliki rasa malu yang berlebihan dan ini saya amati banyak terjadi karena faktor orang tua, umumnya dari kaum ibu yang terlalu melindungi anaknya agar tidak bergaul dengan anak-anak nakal yang dianggap dapat merusak pribadi si anak.

Dalam satu kasus yang baru saja terjadi, saya menumukan bahwa hal ini salah besar, dimana ada seorang anak kita katakan saja S yang terkenal nakal, dan juga miskin dan Yatim, seluruh guru sekolah akan mengatakan ia nakal demikian juga banyak murid lainnya yang membenarkan predikat yang diberikan guru tersebut, tapi dalam berbagai kunjungan yang dilakukan ke Pusat Pembelajaran Anak, dan dari berbagai komunikasi serta tanggungjawab yang saya berikan padanya, ternyata si anak membuktikan diri bahwa ia bertanggungjawab dan cukup kreatif, dan akhirnya ia juga mampu membuktikan diri saat mendapatkan ranking satu ketika mengikuti UN 2015.

Saya juga menemukan anak seorang wakil kepala sekolah yang mendapat predikat bodoh dan bandel disekolahnya, bahkan ibunya sendiri (ayahnya telah meninggal) juga menganggapnya bodoh dan bandel, sehingga menjumpai saya karena dilihat dibanyak kesempatan anaknya selalu menceritakan kegiatan yang dilakukannya bersama kelompok dibawah binaan saya, iabunya meminta bantuan saya untuk mengatasi kebandelan anaknya, dan juga berkata kalau bodoh mau dibuat apa lagi sudah demikian kemampuannya, lalu saya katakan anak ibu tidak bodoh, jadi jangan mengatakan ia bodoh sehingga ia mempunyai pikiran yang sama bahwa ia bodoh. Dukung saja ia, jangan sampai rumah tempat sekarusnya ia menemukan rasa aman dan dilindungi tapi dirasakan sebaliknya karena ibu tidak mendukungnya. Jangan menyerah, dukung ia dan bantu ia sekuat kemampuan ibu, jangan menyerah, insya Allah ia juga akan berusaha sebaik mungkin.

Dan terbukti setelah melewati masa SMP saat ia melanjutkan bersekolah di Padang di tempat pamannya (ibunya menuruti saran saya untuk melanjutkan sekolah anaknya dilingkungan baru yang tidak mengenalnya selama ini) ia perlahan mampu meningkatkan kualitas dirinya, ia mampu menjadi Ketua OSIS saat naik kelas 2 SMA, dan selesai SMA saat kembali ke Aceh, ia mampu menjadi ketua SENAT Mahasiswa di tempat ia kuliah. Sayang saya tidak tahu bagaimana nasibnya saat peristiwa tsunami 2004 dan hingga kini saya tidak mendengar kabarnya apakah ia selamat dari musibah tersebut atau tidak.

Itu pula yang dialami Y, dimana ia sangat tertinggal pada saat SD dan SMP  tapi saat SMA ia meroket pesat dalam pelajaran Sejarah, Bahasa Inggris dan Seni, Ia mengambil kuliah SOSPOL dan kini ia menjabat Bupati disuatu daerah di Aceh dimana priode sebelumnya ia menjadi anggota Dewan.

Jadi jika anda mempunyai anak yang memiliki profil yang tidak sesuai harapan, jangan menyerah dan jangan biarkan ia menyerah, karena kekuatan dan kelemahan tertentu pada anak bisa muncul pada usia tertentu dan kondisi tertentu pula tapi pada kondisi yang berbeda dan situasi yang berbeda maka bisa muncul sebaliknya.

Oleh karenanya tugas kita sebagai orang tua adalah membantu anak-anak melewati masa-masa sulit yang dialami anak kita, karena kadangkala sifat yang menyulitkan anak pada masa SD atau SMp bisa menjadi aset berharga baginya saat dewasa. Jadi bila anak pulang dengan nilai jelek di raportnya maka kita orang tua dapat menghibur diri kita dengan kenyataan bahwa nilai raport tidak dapat diandalkan untuk memperkirakan bagaimana karier anak anda dikemudian hari, dan ingatlah bahwa orang yang bodoh dan menyadari ia bodoh biasanya akan menjadi pekerja keras yang pantang menyerah sehingga ia akan terus berusaha untuk berhasil, dan saat berhasil maka ia akan mempekerjakan orang pintar untuk membuat ia lebih berhasil.

Jadi luangkan waktu anda untuk membantu anak anda, karena anda punya waktu seumur hidup untuk bekerja, tapi anak anda hanya waktu sekali untuk melewati masa kanak-kanaknya.

Monday, May 25, 2015

MENDAPATKAN KEPERCAYAAN ANAK (Lanjutan Ketika Anak Tidak Berprestasi di Sekolah)

Sehubungan dengan tulisan saya "Ketika Anak tidak Berprestasi Disekolah" maka saya mendapat banyak komentar yang kira-kira seperti ini "bagaimana mungkin saya mengenali masalah anak, bila bicara saja tidak mau?" atau dengan kata lain komunikasi yang coba dibangun oleh orang tua gagal.

Hal ini sering terjadi saat kita sebagai orang tua mencoba menanamkan rasa segan anak pada kita, agar mereka mendengar apa yang kita katakan degan harapan anak mau mengikuti arahan dan kata - kata kita untuk kebaikannya. Namun yang tidak kita sadari bahwa saat kita berupaya membuat anak SEGAN pada kita, saat itu juga kita telah membuat JURANG PEMISAH untuk hubungan anak dengan orang tua.

Oleh karenanya jangan heran bila mereka enggan membicarakan masalahnya pada kita para orang tua dan ini adalah awal timbulnya beragam permasalahan lain, karena anak bila mempunyai masalah maka dia akan memendamnya sendiri, namun pada sebagian yang lain ia akan curhat pada Kakek dan neneknya, namun yang celakanya bila ia curhat pada teman sebayanya yang mungkin akan mencoba memberi solusi yang tidak tepat sebagai anak yang belum dewasa sehingga bisa jadi akan menimbulkan masalah baru, dan yang lebih parah lagi jika ia mencurahkannya pada anak yang lebih besar yang bisa jadi punya rencana kotor, maka masalah yang super besar akan muncul.

Salah satu kasus yang saya temukan diawal saya memulai kegiatan ini pada tahun 1994 ada anak perempuan yang berumur 14 tahun sekitar kelas 2 atau 3 SMP yang memberanikan diri curhat pada saya masalah payudaranya yang bentuknya seperti pepaya berbeda dengan teman-temannya sehingga ia dikatakan oleh temannya akan cepat kendur dan tidak menarik, saya saat itu masih mahasiswa dan belum menikah, namun saya mencoba dengan arif menyatakan bahwa perbedaan bentuk itu bisa saja terjadi pada setiap orang, jadi kalau bentuk seperti pepaya hanya perlu penggunaan bra yang tepat dan pas sehingga payudaranya tidak akan kendor, jadi hanya butuh perlakuan yang lebih hati-hati dan cermat saja maka kamu tidak akan mengalami masalah seperti yang dikatakan teman-temanmu, kurang lebih demikian saya katakan padanya. Namun yang saya ingin katakan disini bukan tentang masalah anak tersebut, tapi bila saya berfikiran kotor maka saya bisa saja memanfaatkan kepercayaan itu untuk hal-hal yang jelek yang akan merusak si anak, dan saya ingin menyatakan juga seharusnya sang ibulah yang harus mendapat kepercayaan si anak untuk masalah seperti itu.

Demikian juga dengan masalah menstruasi, ada juga anak yang menceritakan masalahnya pada saya, karena saat mentruasi ia merasa sakit, dan ketika ia menceritakan pada ibunya, ibunya gampang saja berkata "alah gitu saja sakit, itu biasa bagi perempuan, jangan cengeng" kira-kira demikian tanggapan sang Ibu. Saya lalu mencoba mendiskusikannya dengan teman-teman wanita para mahasiswi di Kampus dan dari mereka saya tahu ada yang memang sangat sakit saat mengalami mentruasi dan itu jarang terjadi, jadi si ibu menganggap anaknya hanya mengeluh tidak pada tempatnya, padahal bisa jadi anaknya mengalami sakit seperti yang dialami salah seorang teman wanita saya. Inilah faktor penyebab akhirnya si anak berpaling pada orang lain untuk mencari solusi pada masalahnya.

Jadi dari awal kita harus siap saat kita memulai bahtera rumah tangga, bahwa cepat atau lambat kita akan dikaruniai seorang anak dan kita belum tahu bagaimana jadinya ia kelak, yang jelas anak perlu rumah yang penuh kasih sayang dan dukungan bagi berbagai masalah yang akan dihadapinya. Jadikahlah rumah tempat baginya untuk diterima dengan kondisi apa adanya dirinya, kelebihan dan kekurangannya.

Jadi menjadi orang tua bukan hanya menyediakan makan, minum, pakaian dan kebutuhannya saja, atau melimpahinya dengan uang saku yang banyak dan membelikannya gadget yang mahal, tapi juga mengenali perilakunya, mencoba memahami pemikirannya bukannya memaksakan ia berperilaku dan berpikiran seperri yang anda inginkan, ia bukan robot yang bisa anda jejali dengan berbagai keinginan anda.

Sebagai orang tua kita kadangkala terlalu banyak menyerap informasi dari luar yang membuat kita berlaku tidak adil pada anak kita, kita mendengar guru yang berkata anak kita malas sehingga menjadi bodoh, lalu kita memaksa anak belajar lebih keras, kita mendengarkan tetangga yang berkata anak kita bandel dan meninju anaknya, sehingga kita menghukum anak kita dan menyanjung anak tetangga yang baik budinya, mendengar kata kawan-kawannya yang menyatakan anak kita kuper tidak mau bergaul, lalu kita memaksa anak untuk ikut kegiatan bersama kawan-kawannya atau mengundang kawan-kawannya kerumah agar bergaul lebih baik.

Kita lupa bertanya pada sianak sendiri, sebelum kita menghukumnya, kenapa gurunya berkata seperti itu, kita juga tidak menanyakan kenapa dia meninju anak tetangga, kita menghukumnya karena telah ada bukti memar atau luka dianak tetangga akibat ulah anak kita, kita menghukumnya karena kita tidak mau ribut dengan tetangga. Tapi tahukah kita, kalau sebenarnya sianak sebenarnya di cap malas oleh si guru karena siguru malas mengajar lalu selalu menyuruh anak kita menulis pelajaran yang ada dibuku tanpa menerangkannya? Tahukah kita kalau si guru menyuruh anak kita membawakannya oleh-oleh dari Singapura saat pulang berlibur bersama anda sekeluarga tapi ia tidak mau membawanya karena itu diangap tidak layak kalau hanya memberi satu orang guru saja sementara memberi semua pasti sangat merepotkan, Tahukah anda bahwa anak tetangga ditinju karena anak tersebut selalu mengejeknya, atau menjahilinya disekolah sehingga ia tidak tahan lagi, tahukan anda bahwa ia lebih suka berkumpul dengan anak-anak yatim dipanti asuhan dari pada berkumpul dengan kawan-kawannya yang berkeliaran di Mall dan memancing keributan dengan anak sekolah lain yang dijumpainya di Mall. Tahukan anda kawan-kawannya selalu mengutil di Mall dan dia tidak mau terlibat karena kalau tertangkap maka orang tuanya yang akan malu?

Satu kasus yang terjadi saat ini, ada seorang anak Yatim laki-laki bernama si A ia Tahun ini tamat SMA, ia miskin dan nakal demikian kata gurunya, ia merupakan binaan saya dan saya menggunakannya juga sebagai instruktur Bimbel sebelumnya, Ketika saya sidik rupanya ia mendapat predikat nakal karena sang guru menarik-narik rambutnya yang sudah mulai panjang didepan kawan-kawannya hingga kepalanya terguncang-guncang, ia yang sudah SMA malu diperlakukan seperti itu, karena kawan lain kalau rambutnya mulai panjang cukup ditarik dan dikatakan "besok ibu tidak mau lihat lagi seperti ini ya?" selesai, jadi karena malu ia menepis tangan ibu guru dan si ibu guru marah dan mengatai dia nakal dan kurang ajar. Lalu kali lain si Ibu Guru juga memarahinya karena menggunakan celana robek (sedikit hanya dilutut karena terbalik sepeda motor beberapa hari lalu) dan karena marahnya seperti ini "Apa bapakmu tidak punya uang beli celana sekolah untukmu?" dengan nada tinggi dan didepan kawan-kawannya, maka ia menjawab juga dengan keras (karena malu) "Kalau ada Bapak saya bukan hanya celana sekolah bisa dibeli, baju untuk ibu juga bisa dibeli" Nah kalau begini, siapa yang salah, apalagi sebenarnya kemarin hujan lebat sehingga celananya basah saat pulang sekolah, sementara yang kering hanya celana yang robek tersebut.

Nah kasus ini hanya sebagai ilustrasi, bahwa guru juga bisa salah, jadi jangan kita bulat-bulat menelan semua ucapannya dan menjatuhi hukuman pada anak kita.

Oleh karena itu sesibuk apapun anda, bila anda peduli pada anak anda dan keluarga anda - luangkan waktu minimal setiap makan malam untuk bertemu dan berbincang-bincang tentang hari-hari yang dilaluinya, tidak salahnya juga menceritakan hari yang anda lalui sehingga anak bisa memahami bahwa anda juga telah bekerja keras untuk menghidupi keluarga dan ini menimbulkan rasa saling pengertian diantara anda.

Kenali minatnya, biarkan ia bercerita tentang gurunya, kawannya dan lainnya, jangan memotong ceritanya walaupun saat ia bercerita hal yang salah tentang menjahili gurunya, menjahili kawannya atau lainnya, nanti selesai bercerita baru anda memberi komentar dan meluruskan kesalahan yang dilakukan dengan bijak.

Jadi yang perlu anda lakukan untuk mendapatkan kepercayaan anak, yang paling utama adalah menyediakan waktu untuknya, dan mendengarkan  ceritanya. Inilah hal yang paling berat untuk dilakukan, tapi ini yang harus anda lakukan untuk mendapat kepercayaanya.

Tuesday, May 5, 2015

MENGENAL TINGKAT EMPATI (KEPEKAAN SOSIAL) DIRI SENDIRI

Proyek Bimbel untuk anak kurang mampu dan yatim di Leupung - Aceh yang dikampanyekan oleh Teuku Syafrizal dari yayasan menarik perhatian banyak orang, namun hanya satu dan 2 orang saja yang tergerak hatinya membantu dalam tindakan nyata, hal ini menjadi pertanyaan "ada apa? Kenapa orang tidak membantu?, jawabannya bisa saja, namun dibalik semua itu ada satu hal yang patut dipertanyakan pada diri kita sendiri, yaitu seberapa jauh empati (kepekaan sosial) yang kita miliki? karena hal inilah yang akan menggerakkan kita untuk membantu orang lain.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini saya mencoba membahas masalah empati ini dengan harapan dapat menjadi cermin bagi kita untuk mengukur tingkatan empati yang kita miliki sehingga kita dapat menentukan apa yang harus kita lakukan untuk mengatasinya.

Kepekaan sosial atau empati pada setiap orang bisa berbeda-beda. Empati biasanya tumbuh dari masa anak-anak, mengikuti pola asuh orang tua. Orang yang enggan berbagi akan tumbuh menjadi pribadi yang individualistis dan egosentris. Sementara mereka yang sejak kecil sering dilibatkan untuk memahami kesulitan orang lain, biasanya akan lebih peka dan mudah tergerak hatinya untuk menolong sesama. 


Empati, adalah melakukan sesuatu kepada orang lain, dengan menggunakan cara berpikir dari orang lain tersebut, yang menurut orang lain itu menyenangkan, yang menurut orang lain itu benar. Jadi, apa yang menurut Anda suatu kebaikan, bisa saja sebenarnya malah mengganggu orang lain.

Menurut Ubaydillah (2005) empati adalah kemampuan kita dalam menyelami perasaan orang lain tanpa harus tenggelam di dalamnya. Empati adalah kemampuan kita dalam mendengarkan perasaan orang lain tanpa harus larut.

Empati adalah kemampuan kita dalam meresponi keinginan orang lain yang tak terucap. Kemampuan ini dipandang sebagai kunci menaikkan intensitas dan kedalaman hubungan kita dengan orang lain (connecting with). Selain itu Empati merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam melakukan hubungan antar pribadi dengan coba memahami suatu permasalahan dari sudut pandang atau perasaan lawan bicara. Melalui empati, individu akan mampu mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai suatu permasalahan. Memahami orang lain akan mendorong antar individu saling berbagi. Empati merupakan kunci pengembangan leadership dalam diri individu.

Dunia yang semakin global dan ekonomi pasar yang penuh dengan persaingan ketat membuat tenggang rasa dan empati sosial masyarakat semakin rendah. Itu kenapa seringkali terjadi konflik sosial di masyarakat. Salah satu upaya yang dapat mencegah meluasnya dan meminimalkan dampak negatif dari globalisasi adalah mensosialisasikan rasa empati sejak dini. Keluarga adalah struktur sosial terkecil yang mampu membentengi patologi sosial yang terus menggejala khususnya masyarakat Indonesia.

Secara naluriah anak sudah mengembangkan empati sejak bayi. Awalnya empati yang dimiliki sangat sederhana, yakni empati emosi. Misalnya pada usia 0-1 tahun, bayi bisa menangis hanya karena mendengar bayi lain menangis, barulah di usia 1-2 tahun, anak menyadari kalau kesusahan temannya bukanlah kesusahan yang mesti ditanggung sendiri. Walaupun demikian, rasa empati pada anak harus diasah. Bila dibiarkan rasa empati tersebut sedikit demi sedikit akan terkikis walau tidak sepenuhnya hilang, tergantung dari lingkungan yang membentuknya.

Banyak segi positif bila kita mengajarkan anak berempati. Mereka tidak akan agresif dan senang membantu orang lain. Selain itu empati berhubungan dengan kepedulian terhadap orang lain, tak heran kalau empati selalu berkonotasi sosial seperti menyumbang, memberikan sesuatu pada orang yang kurang mampu. Empati berarti menempatkan diri seolah-olah menjadi seperti orang lain. Mempunyai rasa empati adalah keharusan seorang manusia, karena di sanalah terletak nilai kemanusiaan seseorang. Oleh karena itu, setiap orang tua wajib menduplikasikan rasa empati kepada anak-anaknya.

salah satu faktor yang membuat orang sulit melakukan empati terhadap situasi yang membutuhkan pertolongan adalah tingkat stres yang dialaminya. Bila kondisi stresnya sangat tinggi, maka secara alamiah orang tersebut cenderung lebih fokus pada dirinya. Inilah yang sering terjadi pada masyarakat di kota-kota besar sekarang ini.

Stres ini bisa disebabkan oleh tuntutan sosial ekonomi, pekerjaan, keluarga, kondisi kemacetan yang makin parah, dan gaya hidup kota yang menuntut orang untuk selalu serba cepat dan 'up date' dengan segala informasi terkini -meskipun kadang tidak perlu. Sayangnya, tidak semua orang memiliki cara untuk mengelola stresnya dengan baik. 


Hal pertama yang perlu dilakukan untuk menumbuhkan empati adalah dengan memberi contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari dari hal-hal yang kecil. Misalnya jika ada saudara yang sakit atau sedang berada dalam kesulitan, selayaknya kita menjenguknya dan memberi support. Tidak harus dalam bentuk materi, tapi cukup sediakan telinga dan pelukan hangat untuk menenangkan hatinya.

Begitu pula sikap kita terhadap lingkungan sekitar. Ketika ada tetangga yang tertimpa musibah, tak perlu ragu mengulurkan bantuan. Termasuk juga jika kita melihat usila atau orang penyandang disabilitas yang ingin menyeberang jalan. Semua contoh perilaku orang tua ini akan tertanam di dalam diri anak dan menjadikannya seorang yang peduli dan ringan tangan terhadap orang lain. Tentunya kita juga penting memberikan alasan mengapa kita melakukan tindakan tersebut.



Yang kedua dan tak kalah penting adalah menambah kemampuan mengelola stres dengan baik. Ketika hati seseorang marah, sedih, atau kecewa, pasti akan sulit untuk merasakan perasaan orang lain. Karena di saat sedang terselubung emosi, kita cenderung akan melihat orang lain dengan perasaan negatif juga. Untuk itu, lupakan semua gejolak emosi tersebut dengan cara yang positif seperti melakukan hobi yang kita sukai, meditasi, atau sekadar bermain dengan binatang piaraan kita di rumah. Dengan hati yang tenang dan damai, kita bisa cenderung melihat orang lain dan dunia dengan damai pula.


Saturday, May 2, 2015

EXCELLENT SERVICE dan MOTIVASI YANG MENYALA

“Anda tidak akan pernah rugi jika memberi pelayanan terbaik !
Menolong orang lain berarti menolong diri sendiri”

Di Victoria British Columbia, ada satu SPBU milik pebisnis sekaligus motivator bernama Dunsmuir.
Meski hanya SPBU, tapi SPBU ini sangat terkenal dan maju. Sebagian besar SPBU di AS adalah self service, tetapi di SPBU milik Dunsmuir, ada 4 orang pekerja yang melayani setiap mobil yang datang….
Pekerja 1 membukakan pintu dan mempersilakan penumpangnya keluar, kemudian memakai penyedot debu untuk membersihkan bangku dan interior mobil.
Pekerja 2 membuka kap mobil untuk mengecek olinya.
Pekerja 3 mengisi tangki bahan bakar sambil membersihkan semua kaca jendela mobil.
Pekerja 4 mengecek ban mobil. Semua dilakukan dengan ramah dan bersahabat.
Kebanyakan pekerja itu adalah anak2 muda. Menjadi petugas pompa bensin tentu bukan profesi idaman karena bukan pekerjaan bergaji tinggi.
Namun Mr. Dunsmuir selalu menekankan bahwa sangat mungkin pengemudi mobil yang mereka layani adalah calon bos mereka.
Artinya, jika mereka melayani dengan baik dan bersemangat, itu akan menjadi promosi yang baik. Faktanya memang demikian, banyak dari pekerja SPBU itu kemudian direkrut oleh para bos yang terkesan dengan etos kerja mereka.
Hal itupun memotivasi para pekerja untuk selalu melayani dengan prima, dan SPBU itu seolah menjadi batu loncatan dan “kampus” kehidupan mereka.
Tak heran, SPBU itu selalu kebanjiran pelamar. Dan reputasi SPBU dengan pelayanan istimewa itu juga membuatnya selalu laris.
Yang tak kalah menarik, para mantan pegawai Mr. Dunsmuir juga kemudian selalu mengisi bahan bakar di situ.
Kunci suksesnya adalah EXCELLENT SERVICE dan MOTIVASI YANG MENYALA.
Sahabatku, hal itu juga berlaku bagi setiap kita.
Walaupun pekerjaan yang kita kerjakan saat ini bukan pekerjaan Impian kita, tapi jika itu kita lakukan dengan sebaik-baiknya & yang terutama adalah dengan KASIH, itu akan membawa kita ke PROMOSI yang sesungguhnya !!
Anda tidak akan pernah rugi jika memberi pelayanan terbaik!

Menolong orang lain berarti menolong diri sendiri

Monday, April 13, 2015

Bantulah saat dibutuhkan - Jangan Tunggu NANTI

Ayo kunjungi situs crowdfunding berikut untuk membantu anak kurang mampu https://kitabisa.com/BimbelAnakAceh

Saturday, April 11, 2015

ACEH (BAGIAN 3 MOMENT MASA LALU UNTUK MEMBANGUN MASA DEPAN )

Walaupun dalam bagian 1 Negativisme saya menyatakan bahwa kita jangan hanya membangga-banggakan masa lalu namun bukan berarti kita harus melupakan masa lalu Aceh baik masa ke jayaannya maupun masa yang penuh penderitaan, dan berangkat dari masa lalu inilah kita akan membangun masa depan Aceh sebagai suatu bangsa yang bermartabat dan mampu berdiri sejajar dengan suku bangsa lainnya di Indonesia bahkan bangsa-bangsa lainnya didunia.

Masa Kesultanan Iskandar Muda 
Sultan Iskandar Muda adalah putra dari Puteri Raja Indra Bangsa, keturunan keluarga Raja Darul Kamal dan ayahnya adalah Sultan Alauddin Mansur Syah yang merupakan putra Sultan Abdul Jalil bin Sultan 'Alaiddin Ri'ayat Syah Al-Kahhar.
Besar dalam lingkungan istana, ketika telah cukup umur Iskandar Muda dikirim ayahnya untuk belajar pada Teungku Di Bitai, salah seorang ulama dari Baitul Mukadis pakal ilmu falak dan ilmu firasat.
Iskandar muda mempelajari ilmu nahu dari beliau. Selanjutnya ayah Iskandar Muda mulai menerima banyak ulama terkenal dari Mekah dan dari Gujarat.
Di antaranya adalah tiga orang yang sangat berpengaruh dalam intelektual Iskandar Muda, yaitu Syekh Abdul Khair Ibnu Hajar, Sekh Muhammad Jamani dari Mekah dan  Sekh Muhammad Djailani bin Hasan Ar-Raniry dari Gujarat.
Dinobatkan pada tanggal 29 Juni 1606, Sultan Iskandar Muda memberikan tatanan baru dalam kerajaannya. Beliau mengangkat pimpinan adat untuk tiap suku dan menyusun tata negara sekaligus qanun yang menjadi tuntunan penyelenggaraan kerajaan dan hubungan antara raja dan rakyat.
Selama 30 tahun masa pemerintahannya (1606 - 1636 SM) Sultan Iskandar Muda telah membawa Kerajaan Aceh Darussalam dalam kejayaan. Saat itu, kerajaan ini telah menjadi kerajaan Islam kelima terbesar di dunia setelah kerajaan Islam Maroko, Isfahan, Persia dan Agra.
Seluruh wilayah semenanjung Melayu telah disatukan di bawah kerajaannya dan secara ekonomi kerajaan Aceh Darussalam telah memiliki hubungan diplomasi perdagangan yang baik secara internasional.
Rakyat Aceh pun mengalami kemakmuran dengan pengaturan yang mencakup seluruh aspek kehidupan, yang dibuat oleh Iskandar Muda.
Dalam karya-karya penulis asing dan Indonesia tentang sejarah Aceh disebutkan bahwa Sultan Iskandar Muda merupakan sultan yang paling besar dan masyhur dalam deretan nama-nama sultan yang memerintah di Kesultanan Aceh. Di bawah pemerintahan sultan ini, Kesultanan Aceh dapat mencapai puncak kejayaannya dalam bidang hukum, politik, kemiliteran, ekonomi, agama, pendidikan, kebudayaan, dan sebagainya.
Dalam Bustanus Salatin karya Nuruddin ar-Raniri disebutkan bahwa Sultan Iskandar Muda sangat giat mengembangkan agama Islam di Kesultanan Aceh. Di setiap daerah diperintahkan mendirikan mesjid sebagai tempat Ibadah.  Selanjutnya, Bustanus Salatin juga memberikan gambaran  bahwa sultan adalah seorang yang shaleh dan taat beragama Islam. Ia selalu menganjurkan kepada rakyatnya supaya memeluk dan melaksanakan ajaran Islam dengan sungguh-sungguh dan sempurna.
Bermacam peraturan dikeluarkan untuk mencegah orang melanggar ajaran agama, seperti melarang orang berjudi dan minum-minuman keras. Selain itu, Iskandar Muda juga disebut sebagai sultan yang sangat pemurah. Setiap kali pergi shalat Jumat, ia tidak lupa membawa bermacam hadiah dan sedekah untuk diberikan kepada fakir miskin. Selain itu, Sultan Iskandar Muda juga berhasil membuat ketetapan-ketetapan tentang tata cara yang berlaku di Kerajaan Aceh dan mengenai penggunaan stempel kerajaan yang dinamakan cab siekureuengatau stempel halilintar. Kumpulan ketetapan itu kemudian disebut dengan nama Adat Meukuta Alam.
Dengan demikian, budaya Aceh merupakan aspek peradaban yang tidak identik dalam pemahaman budaya pada umumnya, karena segmen-segmen integritas bangunan budaya juga bersumber dari nilai-nilai agama atau syariat yang menjiwai kreasi budayanya.  Roh Islami itu telah menjiwai dan menghidupkan budaya Aceh sehingga melahirkan nilai-nilai filosofis yang akhirnya menjadi patron landasan budaya ideal dalam bentuk narit maja, “Adat Bak Po Teumeureuhom, Hukom Bak Syiah Kuala, Qanun Bak Putroe Phang, Reusam Bak Lakseumana”. Po Teumeureuhom, lambang pemegang kekuasaan. Syiah Kuala, lambang hukum syariat atau agama dari ulama. Qanun, perundang-undangan yang benilai agama dan adat. Reusam merupakan tatanan protokuler atau seremonial adat istiadat dari ahli-ahli atau pemangku adat. Pengembangan nilai-nilai tatanan tersebut mengacu kepada sumber asas, yaitu “hukom ngon adat lagee zat ngon Sifeut “
Suatu peristiwa yang mengharukan dan menggetarkan setiap jiwa, ketika Sultan Iskandar Muda mengeksekusi mati anaknya sendiri (Meurah Pupok) sesuai dengan vonis pengadilan. Semua pembesar kerajaan pada waktu itu terdiam karena tidak berani membantah keputusan sultan. Menteri kehakiman yang bergelar Sri Raja Panglima Wazir berusaha membujuk, tetapi sultan tetap pada keputusannya. Sultan sendiri dengan tegas mengatakan apabila tidak ada seorang pun yang mau melakukan hukuman ini maka ia sendiri yang akan melakukannya. Sultan Iskandar Muda mengatakan, ”aku akan menerapkan hukum kepada Putra Mahkota yang seberat-beratnya. Dengan tanganku sendiri akan kupenggal leher putraku karena telah melanggar hukum dan adat negeri ini.” Dari peristiwa inilah muncul ungkapan masyhur: mate aneuk mupat jeurat, gadoh adat pat tamita (’mati anak jelas kuburannya, hilang adat (hukum) ke mana hendak dicari’), maksudnya menegakkan hukum yang adil tanpa pilih tebang.
Perilaku Adil
Sebagai masyarakat muslim, orang Aceh selalu mengaitkan keadilan dengan ajaran Islam yang mereka yakini. Menurut ajaran Islam, keadilan atau bersikap dan berbuat adil, sejauhmana seseorang mampu menerapkan semua nilai dan norma-norma yang ada dalam ajaran wahyu atau konsistensi seseorang dengan nilai wahyu dalam kehidupannya sehari-hari. Wahyu merupakan sumber kebenaran yang mutlak, keadilan yang diartikan di dalamnya merupakan keadilan yang sebenar-benarnya. Oleh karena itu, konsep keadilan yang dijalankan oleh sultan Aceh tersebut tidak terlepas dari pengaruh nilai agama yang  menganjurkan manusia berbuat adil. Untuk itu, muncul ungkapan dalam masyarakat Aceh, raja ade raja disembah, raja lalem raja disanggah (‘raja adil raja disembah, raja zalim raja dibantah’).
Perihal keadilan suatu yang didambakan oleh umat manusia sepanjang masa. Keadilan merupakan tuntutan setiap orang. Keadilan juga merupakan landasan untuk menjalin hubungan sosial yang harmonis. Oleh karena itu, keadilan menjadi tema sentral setiap perubahan sosial.
Dalam perkembangan masyarakat, keadilan memang bukan tujuan akhir, tetapi keadilan menjamin bahwa tujuan akan lebih mudah dicapai. Tujuan akhir yang hanya dapat dicapai melalui keadilan tersebut adalah kesejahteraan rakyat. Tanpa keadilan, kesejahteraan hanya dinikmati oleh sekelompok orang. Untuk itu, para sultan yang memerintah di Aceh memahatkan kata adil pada mata uang yang dikeluarkannya sebagai “pengingat” bagi setiap orang harus selalu berbuat adil terhadap diri sendiri dan orang lain. Apalagi seorang raja terhadap rakyat yang dipimpinnya.
Kecuali dari kitab suci Alquran, belum dapat ditelusuri dari kitab mana sultan-sultan kesultanan Aceh mengambil ungkapan as-sultan al-adil untuk dicantumkan pada mata uang yang mereka keluarkan. Namun, dapat diduga bahwa sultan Aceh mendasarkannya pada Alquran Surat An-Nahl: 90 yang terjemahannya sebagai berikut, “sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat kebaikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang berbuat keji, kemungkaran, dan kedurhakaan. Dia memberi pelajaran kepada mu agar kamu mengerti”. Ayat tersebut seperti yang didasarkan pada bukti kutipan yang termaktub dalam kitab Taj-al-Salatinatau Taju-as-Salatin, yaitu kitab Mahkota Segala Raja yang dikarang oleh Bukhari al Jauhari. Kitab tersebut berisi pedoman cara mengendalikan pemerintahan berdasarkan ajaran Islam yang tersebar di kerajaan-kerajaan Islam di Asia Tenggara. Sebagian ayat yang dikutib dari fasal ke-6 Taju-as-Salatin, yaitu Innallaha yakmurukum bil adli wal ihsan (’sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil dan berbuat kebaikan’).
Sultan yang memerintah di Aceh menyadari bahwa jabatan adalah amanah yang seharusnya digunakan untuk kemaslahatan umat, di antaranya melalui perilaku adil. Para sultan yang memerintah di Aceh pada masa lalu begitu peka terhadap keadilan tersebut, jangan sampai  karena ketidakadilan, orang saling membunuh dan perampasan hak orang lain secara tidak sah. Hal itu seperti yang dicontohkan oleh Sultan Iskandar Muda yang telah menghukum anaknya sendiri karena dianggap telah berbuat kesalahan. Oleh karena itu, ketika mendengarkan kata adil, orang Aceh selalu teringat dan merindukan masa lalunya, suatu masa yang katanya pernah mengantarkan masyarakatnya ke puncak kejayaan dalam segala bidang, terutama dalam menegakkan keadilan dan kepastian hukum dengan sungguh-sungguh, yaitu pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636).

8 (Delapan) wasiat Sultan Iskandar Muda

Pertama, hendaklah semua orang tanpa kecuali supaya selalu ingat kepada Allah dan memenuhi janji-Nya. Taushiah pertama ini tidak hanya diperuntukkan kepada rakyat semata, tetapi juga diberlakukan untuk semua wazir, hulubalang, pegawai kerajaan, bahkan untuk keluarga istana. Melalui wasiat ini telah mendorong tumbuhnya girah keagamaan dan syiar Islam di seluruh wilayah kerajaan Aceh Darussalam.
Kedua,    janganlah raja menghina para alim-ulama dan cendekiawan. Pesan kedua ini terutama ditujukan kepada raja (diri sendiri) sebelum ditujukan kepada rakyat. Ini mengandung filosofi, bahwa setiap pimpinan (kerajaan) tidak hanya pandai memberikan perintah, intruksi kepada orang lain, sedangkan untuk diri sendiri diabaikan. Pesan ini juga tercermin begitu baiknya hubungan umara (raja) dengan ulama dan pada masa itu. Ulama ditunjuk sebagai mufti kerajaan. Hal ini tidak terlepas dari pesan Rasulullah saw, “Ada dua golongan manusia, bila kedua golongan itu baik maka akan baiklah semua manusia. Dan bila keduanya tidak baik maka akan rusaklah kehidupan manusia ini, dua golongan itu ialah ulama dan umara”.

Ketiga, Raja janganlah cepat percaya bila ada informasi atau berita disampaikan kepadanya. Wasiat ini ada berkorelasi dengan isyarat Alquran (al-Hujarat:6), agar setiap ada berita atau informasi yang belum jelas, supaya dilakukan investigasi kebenarannya. Tujuan supaya tidak menimbulkan fitnah antar sesama.

Keempat, Raja hendaklah memperkuat pertahanan dan keamanan. Wasiat keempat ini merupakan hal yang penting, karena dengan kuatnya pertahanan negara, menjadikan negara itu berwibawa. Pertahanan keamanan negara ini tidak hanya ditujukan kepada prajurit-prajurit terlatih tetapi juga diserukan kepada rakyat untuk saling membantu bangsa, agama dan tanah airnya dari segala bentuk ancaman yang datang baik dari dalam maupun dari luar.

Kelima,  Raja wajib merakyat, dan sering turun ke desa melihat keadaan rakyatnya. Ini pesan yang sangat simpatik dan seperti itulah jiwa dari seorang khalifah, tidak hanya duduk dan berdiam di istana dengan segala kesenangan dan kemewahan, tapi semua itu justru digunakan untuk kepentingan rakyatnya. Raja, tidak hanya ahli mendengar para pembisik dari wazir dan hulubalangnya, raja tidak hanya pandai menerima dan membaca laporan dari kurirnya, tetapi raja yang adil, arif dan bijaksana serta amanah menyaksikan langsung apa yang sedang terjadi dan dialami oleh penduduknya. Sifat semacam itu menjadi kebiasaan dari khalifah Umar bin Khattab saat beliau menjabat Khalifah. Raja sangat menghargai prestasi yang telah dibuat oleh rakyat, yang baik diberi penghargaan, sedangkan yang tidak baik diberi sanksi berupa teguran dan peringatan.

Keenam, Raja dalam melaksanakan tugasnya melaksanakan hukum Allah. Semua ketentuan Allah yang harus dijalankan termaktub dalam Qanun al-Asyi. Tentang sumber hukum dalam qanun al-asyi, dengan tegas dicantumkan, bahwa sumber hukum dari Kerajaan Aceh Darussalam, yaitu Alquran, al-Hadis Nabawi, Ijmak ulama, dan qiyas, hukum adat, qanun dan reusam.
Islamisasi semua aspek kehidupan rakyat Aceh disimbolkan oleh sebuah hadih maja yang menjadi filsafat hidup, politik dan hukum bagi rakyat dan Kerajaan Aceh Darussalam. Bunyinya: “Adat bak Poteumeureuhom, hukom bak Syiah Kuala, qanun bak Putroe Phang, reusam bak Laksamana, hukom ngon adat lagee zat ngon sifeut”. Menyimak ungkapan tersebut, jelas sekali demikian kukuhnya pilar keislaman yang dilandasi syariat Islam kaffah di seluruh wilayah Kerajaan Aceh Darussalam. Bahkan ada riwayat yang menyebutkan Sultan Iskandar Muda, pernah menghukum putranya sendiri karena melakukan perbuatan mesum dengan perempuan yang bukan isterinya.

Ketujuh, Raja dilarang berhubungan dengan orang jahat. Pesan ini dipahami agar semua orang berkewajiban untuk menegakkan amar makruf dan membasmi segala bentuk kemungkaran. Kerajaan tidak memberikan kesempatan kepada siapapun untuk melakukan segala bentuk kemaksiatan yang menjurus kepada kefasidan. Namun berkenaan dengan syiar keagamaan kerajaan memberikan dukungan sepenuhnya untuk dijalankan.

Kedelapan, Raja wajib menjaga dan memelihara harta dan keselamatan rakyat dan dilarang bertindak zalim. Pesan ini dimaksudkan agar raja bertindak adil dalam semua aspek, dan tidak berlaku diskriminatif dalam penegakan hukum. Hak-hak rakyat dijaga, dan sama sekali tidak membebani rakyat dalam hal-hal yang tidak mampu dikerjakannya.
Kesimpulan yang dapat diambil dari Sultan Iskandar Muda adalah keadilan itu berlaku bagi semua orang, bukan hanya bagi masyarakat kecil dan adakah kita mencontoh hal ini? Ini hal yang patut kita pertanyakan, karena saat ini pemerintahan Aceh ditangan orang Aceh yang telah berjuang demikian lamanya untuk Aceh, tapi nampaknya keadilan belum menjadi prioritas mereka, banyak kita dengar ketidakpuasan yang muncul bahkan sesama para pejuang itu sendiri, diantaranya saat salah seorang tokoh ditampar oleh teman seperjuangannya, dan lain sebagainya, seharusnya bila kita dalam berjuang dulu begitu mengagungkan dan menginginkan kembalinya masa-masa kejayaan Iskandar Muda maka kita tidak akan lupa dengan konsep keadilan yang diterapkan oleh Iskandar Muda sehingga dalam menegakkan keadilan ia rela menghukum pancung anaknya sendiri.
Oleh karena itu adalah omong kosong bila kita ingin membangun Aceh tapi tidak menerapkan konsep keadilan dalam pemerintahan kita, karena perihal keadilan suatu yang didambakan oleh umat manusia sepanjang masa. Keadilan merupakan tuntutan setiap orang. Keadilan juga merupakan landasan untuk menjalin hubungan sosial yang harmonis. Oleh karena itu, keadilan menjadi tema sentral setiap perubahan sosial.
Demikian juga, sudahkan kita menerapkan ke 8 wasiat Sultan Iskandar Muda? Bila kita memang ingin mengembalikan masa-masa kejayaan saat beliau memimpin, maka berarti pula kita harus berani mengikuti nilai-nilai luhur yang ada pada masa kepemimpinannya, ingatlah selalu ungkapan dalam masyarakat Aceh, raja ade raja disembah, raja lalem raja disanggah (‘raja adil raja disembah, raja zalim raja dibantah’).


Jangan biarkan ketidakadilan terus berlanjut ditengah-tengah masyarakat Aceh saat ini, dan bila hal ini terus berlanjut maka nantikanlah saat anda akan disanggah oleh rakyat Aceh.
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com